Riau, Raksasa Energi yang Menopang Indonesia

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Pekanbaru, Riau, ruangenergi.com– Pergerakan ekonomi Riau pada triwulan III tahun ini kembali menunjukkan performa memukau. Asisten II Setdaprov Riau, Helmi D, mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Bumi Lancang Kuning mencapai 5,45 persen, didorong kuat oleh tiga sektor utama: industri pengolahan, pertanian-perikanan-perkebunan-kehutanan, serta pertambangan.

“Pertumbuhan ini sangat positif dan tiga sektor tersebut memberi kontribusi terbesar,” ujar Helmi saat membuka Seminar Nasional Migas Center Universitas Islam Riau (UIR) di Auditorium UIR, Kamis (27/11/2025),dikutip dari website MediaCenter Riau.

Helmi juga menyoroti pesatnya persaingan global. Menurutnya, kemajuan sebuah negara hari ini sangat dipengaruhi empat aspek penting: jumlah penduduk, luas wilayah, sumber daya alam, dan kualitas SDM. Dan Riau, katanya, berada pada jalur yang tepat.

Dalam urusan energi, Riau kembali menunjukkan taringnya. Secara nasional, Indonesia menargetkan produksi 605 barel oil tahun ini. Menariknya, 30 persen produksi itu berasal dari wilayah SKK Migas Sumbagut — dan 25 hingga 27 persen di antaranya disumbangkan langsung dari Provinsi Riau.

“Artinya, Riau berkontribusi seperempat lebih minyak Indonesia. Luar biasa. Ini peluang sekaligus tantangan bagi mahasiswa. Jangan hanya jadi penonton,” tegas Helmi, memotivasi ratusan peserta yang hadir.

Sementara itu, SLB Digital Country Manager, Arif Darmawan, mengingatkan bahwa industri migas tengah menghadapi babak baru. Cadangan migas semakin menipis, sementara eksplorasi makin kompleks dan penuh tuntutan efisiensi.

“Data kini volumenya besar, beragam, dan semakin rumit. Tantangannya tidak lagi sederhana,” jelas Arif.

Menurutnya, ke depan yang akan memimpin industri energi bukan hanya mereka yang paham teori, tetapi mereka yang mampu menggabungkan sains, teknologi, dan digitalisasi. Teknologi, katanya, bukan lagi sekadar alat—melainkan bahasa baru dalam dunia migas.

“Bahasa data, bahasa analitik, bahasa simulasi, dan kolaborasi digital. Siapa yang menguasainya, dialah yang memimpin,” tegas Arif.

Ia menekankan bahwa generasi muda Riau memiliki peluang besar untuk menjadi ‘productivity multiplier’ di industri migas jika menguasai perangkat lunak, pemodelan, visualisasi, hingga analitik berbasis kecerdasan buatan.

“Penguasaan teknologi digital bukan lagi opsi, tapi kebutuhan strategis untuk masa depan energi Indonesia,” tutupnya.