Risalah Singkat Buku “The Matchmaker” Karya Dr Erwin Suryadi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Berdasarkan diskusi mendalam dengan pejabat dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan beberapa penyedia barang dan jasa, kegiatan business matching memang baik untuk publikasi serta menunjukkan keberpihakan untuk memberikan kesempatan pada perusahaan dalam negeri dan nasional.

Akan tetapi, pada saat terjadi tender, beberapa alasan terkait quality, price , dan delivery membuat perusahaan dalam negeri terkendala untuk mendapatkan tempat di negeri sendiri.

“Berangkat dari ketidakselarasan antara kebutuhan KKKS dan hasil produksi perusahaan dalam negeri, pemerintah kemudian merumuskan konsep untuk mencapai titik temu antara kebutuhan industri dan pasar yang tersedia di industri penunjang hulu migas domestik. Konsep ini yang kemudian dikenal sebagai business match making, di mana SKK Migas bekerja sama dengan Kementerian ESDM dan KKS mulai menerapkan pola pembinaan pabrikan dalam negeri. Pembinaan ini juga dilakukan agar industri penunjang hulu migas dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan industri secara efisien, baik dari segi quality, price maupun delivery,” demikian kutipan dari buku “The Matchmaker, Mengubah Wajah Industri,Mendobrak Jebakan Kelas Menengah” ditulis oleh Dr.Erwin Suryadi, penerbit buku Kompas 2025.

Erwin menjelaskan di bukunya, KKKS, baik nasional maupun multinasional, selaku pengguna produk-produk dalam negeri dilibatkan secara aktif untuk melakukan assessment kepada pabrikan-pabrikan lokal.

Setelah assessment dilakukan berdasarkan standar kebutuhan dan kualitas industri hulu migas, maka SKK Migas dan K3S serta didukung Kementerian ESDM melakukan pendampingan pabrikan dalam negeri untuk melakukan perbaikan secara konsisten. Perbaikan ini diharapkan mampu memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan oleh K3S dalam menjalankan operasinya serta memenuhi standar keselamatan yang sudah ditetapkan.

Pola pembinaan langsung memberikan hasil yang menggembirakan karena pabrikan-pabrikan yang berhasil memenuhi standar K3S yang ada di Indonesia mencapai peningkatan kualitas yang signifikan bahkan mampu bersaing di pasar luar negeri.

Brand Lokal Kualitas Dunia

Sejumlah sektor yang sebelumnya didominasi brand-brand asing, pemain global sedikit demi sedikit mulai diwarnai oleh brand dari pemain lokal yang siap mendunia.

Di bidang chemical atau bahan kimia, misalnya, sebuah sektor yang berperan penting  dalam meningkatkan kapasitas produksi di ladang minyak bumi melalui berbagai metode yang dikenal sebagai enhanced oil recovery (EOR) kini telah diisi nama yang cukup prominen dengan identitas anak bangsa, yakni PT Luas Birus Utama.

Kini Luas Birus, tulis Erwin di dalam bukunya, telah menjadi salah satu nama besar di industri hulu migas dan mendapatkan kepercayaan untuk menjaga produksi minyak domestik, bisa meningkatkan reaktifasi sumur-sumur yang mampu mendorong target peningkatan produksi hingga 2 ribu barel per hari di sejumlah ladang minyak di Indonesia.

Bahkan, para engineer anak bangsa yang bekerja di Luas Birus, membentuk unit bisnis tersendiri yang khusus bertugas mereaktifasi sumur-sumur tua di Indonesia lewat skema EOR.

Luas Birus telah jalin kontrak dengan Pertamina Hulu Rokan (PHR), Petrogas, PetroChina Salawati dan Medco Group untuk menyediakan chemical pendukung produksi minyak bumi.

Erwin menuliskan juga, di sektor manufaktur dan peralatan industri hulu migas ada PT Teknologi Rekayasa Katup (TRK) yang sukses memproduksi bola katup (ball valve) buatan dalam negeri. Produksi valve/ball valve dari TRK ini memiliki kapabilitas, fasilitas dan kapasitas terbaik dalam memproduksinya.

PT Teknologi Rekayasa Katup (TRK) berhasil mencuat menjadi penyedia produk katup dan ball valve yang bisa diandalkan dengan end user perusahaan migas kelas dunia seperti bp Indonesia, MedcoEnergy, Pertamina Hulu Mahakam, Mubadala Energy serta Pertagas.

“Kelebihan lainnya dari PT Teknologi Rekayasa Katup adalah kemampuan design dan engineering secara sendiri dengan prodses produksi yang terintegrasi. Bisa dimaklumi, dengan diperkuat tim Research and Development (R&D) yang mumpuni dan mengikuti standar internasional dalam mengembangkan produknya, menyesuaikan kebutuhan pasar, baik domestik maupun luar negeri,” tulis Erwin di bukunya.

Di sektor manufaktur lainnya, ada PT Citra Tubindo Tbk yang dinilai prominen di tubular goods yang merujuk pada berbagai jenis pipa yang digunakan dalam operasi pengeboran dan produksi.

Pipa-pipa utama yang mampu dihasilkan perusahaan mencakup drill pipe atau pipa pengeboran hingga casing yang dipasang di dalam lubang bor untuk menstabilkan sumur, mencegah runtuhnya dinding lubang hingga menjadi integritas sumur selama pengeboran dan produksi.

“Hal menarik dari keterlibatan PT Citra Turbindo Tbk di industri hulu migas adalah kepemilikan saham perusahaan oleh Vallourec & Mannesmann Tubes, salah satu produsen pipa baja terbesar di dunia, di struktur kepemilikan saham Citra Turbindo,” ungkap Erwin di bukunya, The Matchmaker.

Bicara industri kreatif yang mampu ikut mendukung kegiatan hulu migas, di antaranya adalah bisnis event organizer yang terwakili oleh pelibatan PT Petrakonsulindo Utama dalam setiap kegiatan yang mampu mengamplifikasi setiap misi dan tujuan SKK Migas, khususnya pada Forum Kapasitas Nasional.

Petrakonsulindo, urai Erwin di bukunya, berperan sebagai event organizer yang menyelenggarakan kegiatan pelatihan, seminar. dan konferensi yang berkaitan dengan industri migas. Petrakonsulindo pun mampu berperan dalam mengelola pameran industri di mana perusahaan migas dapat memamerkan teknologi terbaru, peralatan dan layanan mereka.

Erwin menuliskan juga di bukunya, The Matchmaker, industri kreatif lainnya yang mampu unjuk gigi lewat forum pembinaan industri penunjang hulu migas adalah produsen alas kaki atau sepatu dengan brand/merek Brodo.

“Tercatat Brodo dapat berkontribusi pada industri hulu migas melalui beberapa cara yang tidak langsung namun signifikan. Salah satunya adalah menyediakan produk perlengkapan kerja khusus yang dirancang untuk kebutuhan industri migas. Sepatu ini harus tahan terhadap kondisi keras, seperti bahan kimia, minyak, air dan lingkungan ekstrem lainnya,” ungkap Erwin di bukunya, The Matchmaker.

Industri Lain Ikutan Konsep Match Maker

Erwin lagi-lagi menekankan pada kalimat, bahwa dari pola pembinaan ala business match making ini junga didapat manfaat lainnya, yaitu harga produk yang dibuat di Indonesia menjadi semakin bersaing karena produk-produk tersebut secara kuantitas makin banyak diminati oleh KKKS di Indonesia dan pelaku industri hulu migas internasional.

“Memperhatikan keberhasilan yang dilakukan oleh sektor industri hulu migas, maka alangkah eloknya jika konsep ini dapat dilaksanakan di industri-industri lain dengan bimbingan dari kementerian teknis. Diharapkan, pabrikan dalam negeri dapat menjadi pabrikan yang mampu terus berkembang mendukung kebijakan peningkatan ekonomi yang akan dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara maupun Badan Usaha Milik Swasta,” urai Erwin lagi.

Penutup, Erwin menuliskan di bukunya, program hilirisasi yang digaungkan pemerintah nantinya dapat ditopang lewat penguatan pabrikan dalam negeri, perusahaan daerah, dan UMKM, hasil dari pembinaan industri ala business match making yang sudah terbukti berhasil dilaksanakan SKK Migas, Kementerian ESDM, dan KKKS.