Bogor, ruangenergi.com- Destinasi wisata berbasis kearifan lokal atau lebih dikenal dengan Desa Wisata di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat punya potensi besar untuk berkembang bahkan lebih maju dibanding daerah lain termasuk Bali. Pengelola Desa Wisata dituntut segera berbenah diri agar mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan.
Hal itu terungkap dalam Diskusi dan Workshop “Smart Village & Tree Planting: Desa Wisata Berkelanjutan Berseri, Alam Kian Lestari”, yang digelar Forum Waratawan Daerah (FORWADA) bekerjasama dengan Forum Komunikasi Desa Wisata (FKDW) Kabupaten Bogor, di Desa Wisata Ciderum, Kecamatan Caringin, Kamis, 31 Juli 2025.
Pembina Desa Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, Dani Mubarok, salah satu pembicara dalam diskusi tersebut mengungkapkan, dari sisi jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara, Kabupaten Bogor masuk dalam top 5 destinasi wisata paling banyak dikunjungi di seluruh Jawa Barat.
“Paca Covid-19, selama empat tahun berturut-turut jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor terus meningkat signifikan. Puncaknya tahun 2024, mencapai 15,49 juta kunjungan atau meningkat tiga kali lipat dibanding 2020 yang sebesar 5,1 juta,” ungkap Dani, dalam paparnya.
Menariknya, dari total kunjungan di tahun 2024 tersebut, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata mencapai 350 ribu orang. “Angka ini membuat kami tambah yakin bahwa seluruh Desa Wisata di Kabupaten Bogor bakal semakin diminati wisatawan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, memiliki 150 destinasi wisata serta 100 sanggar seni dan budaya merupakan daya tarik yang tinggi bagi Kabupaten Bogor sebagai kawasan wisata.
Dari sisi infrastruktur pendukung juga tergolong lengkap, punya fasilitas sebanyak 300 unit hotel dan homestay serta 500 cafe dan resto untuk memenuhi kebutuhan penginapan serta food and beverage (F&B).
“Keindahan panorama alam pegunungan dengan kesejukan udaranya melengkapi daya tarik Kabupaten Bogor sebagai kawasan destinasi wisata paling lengkap di Jawa Barat,” paparnya.
Dani menghimbau para pengelola Desa Wisata segera melakukan pembenahan di berbagai lini pengelolaan, mulai dari manajemen keuangan hingga promosi agar dapat mengerek jumlah wisatawan yang berkunjung.
Sebanyak 72 Desa wisata yang tersebar di seluruh Kabupaten Bogor saat ini masih didominasi level rintisan atau baru mulai dibangun, 20 persen level berkembang, dan hanya 10 persen level maju (pengelolaan mandiri).
“Kondisi ini menegaskan bahwa, mayoritas pengelola Desa Wisata di Kabupaten Bogor ditutut untuk terus melakukan pembenahan agar destiasinya semakin nyaman dan menarik dikunjungi wisatawan. Dengan begitu, jumlah kunjungan perlahan namun pasti bakal meningkat,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (FKDW) Kabupaten Bogor, Abas Helmy mengingatkan pentingnya pelayanan prima bagi setiap wisatawan saat berkunjung ke destnasi-destnasi Desa Wisata seluruh Kabupaen Bogor.
Menurut Abas, kelengkapan infrastruktur pendukung yang menjadi ranah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor perlu diimbangi dengan pelayanan memuaskan oleh setiap pengelola Desa Wisata. Untuk itu, piaknya mendorong mereka agar tak segan mengikuti pelatihan-pelatihan yang digelar pihak Dinas maupun pihak lain.
“Seperti diskusi & workshop yang kita lakukan hari ini (Kamis, 31 Juli 2025), di Desa Wisata Ciderum, Cikereteg, Bogor. Acara ini merupakan salah satu upaya forum mendorong peningkatan standar pelayanan,” katanya.
Selain itu, sambung Abas, pihaknya juga terus mendorong pengelola agara secara kontinu menyebarluaskan berbagai keunggulan, paket-paket wisata serta event menarik yang dimiliki setiap Desa Wisata baik melalui media massa maupun media sosial (medsos).
“Untuk itu, hari ini Forum Komunikasi Desa Wisata secara resmi berkolabrasi dengan Forum Wartawan Daerah (Forwada) yang ditandai dengan Penandatangan MoU di akhir acara,” tegas Abas.
Desa Ciderum Jadi Rujukan
Sementara itu, pembicara lain yang juga pengelola Desa Wisata Ciderum, Cikereteg, Yuhan Subrata menekankan selain mampu menghadirkan berbagai event menarik dan terpublikasi secara massif di media massa, Desa Wisata juga harus punya sistem pengelolaan sampah yang baik.
Menurut Yuhan, begitu ia akrab disapa, ketika pengelola mampu menghadirkan manajemen sampah dengan baik, sejatinya sudah mencapai separuh dari kesuksesan pengembangan Desa Wisata.
“Sebenarnya dari pengelolaan sampah sendiri, Desa Wisata secara tidak langsung sudah berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi masyarakat setempat,” katanya.
Mulai dari hal itu, sambungnya, upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang ugensi pengembangan Desa Wisata yang lebih advance akan semakin mudah dicapai. Sebab, mereka sudah merasakan langsung manfaat ekonomi dan kemajuan wilayahnya.
Yuhan menceritakan perjuangan panjang terbenuknya Desa Wisata Ciderum. Berkat ketekunan serta kepiawaiannya menggugah kesadaran warga, tumpukan sampah berbau busuk disulap menjadi cafe nan nyaman, pusat kerajinan daur ulang plastik, taman bermain anak, tempat pelatihan, dan peternakan Domba Garut.
Meski dampak ekonomi dan kemajuan wilayah baru dirasakan oleh sebagian warga Ciderum tetapi kini ia pun tak cangung bila kesuksesannya dijadikan rujukan bahkan di-duplikasi oleh Desa Wisata lainnya.
“Kami termasuk beruntung dapat support dari local hero (pemuda serta perangkat RT, RW, dan Desa). Tanpa bantuan mereka, Desa Wisata Ciderum tak akan ada. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka,” ucap Yuhan.
Mewujudkan pengembangan Desa Wisata Ciderum, Yuhan dan para local hero tak semulus yang dibayangkan. Dalam perjalanannya, mereka kerap mendapatkan ejekan, hinaan, bahkan sasaran kemarahan lataran dianggap mengambil ranah pekerjaan Dinas-Dinas Kabupaten terkait.
“Siasat kami, tidak banyak omon-omon. Penjelasan kepada para pihak terkait pun sekedarnya. Kami lebih banyak bergerak merealisasikan konsep, ketimbang adu argumen. Adapun soal pendanaan, pengembangan Desa Wisata Ciderum tak bergantung pada anggaran Dinas tetapi lebih banyak swadaya masyarakat serta optimalisasi CSR,” papar Yuhan.
Untuk itu, Yuhan mengajak para pengelola lain terus bergerak merealisasikan pengembangan Desa Wisata di seluruh Kabupaten Bogor sesuai dengan konsep dan rencana yang telah ditentukan, tapa harus pergantung penuh pada Dinas terkait.
“Silahkan duplikasi konsep kami yang manis-manis saja, jangan meniru berbagai kejadian pahitnya. Cukup kami yang merasakan pahit getirnya pengembangan Desa Wisata Ciderum,” pungkasnya.