Jakarta,ruangenergi.com– Untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di perbatasan Natuna, termasuk protes Cina atas kegiatan eksplorasi minyak dan gas yang dilakukan Indonesia, maka sebaiknya melibatkan perusahaan minyak Cina di Natuna.
Pasalnya,bila terjadi konflik siapapun akan kesulitan dalam melakukan aktifitas di wilayah kerja migas di dunia manapun, termasuk di Natuna, Kepulauan Riau milik Indonesia.
Demikian usulan dikemukakan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Jumat (24/12/2021) di Jakarta.
“Ada 5 alasan kenapa melibatkan Cina untuk eksplorasi migas di Natuna. Pertama; perusahaan Cina yang bergerak di bidang migas sudah ada di Indonesia sejak lama baik di offshore Jawa (CNOOC) maupun onshore (Petrochina). Kedua; biaya operating perusahaan Cina sangat murah karena tenaga kerjanya mau dibayar murah. Ketiga; kandungan Co2 yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh Cina untuk perdagangan karbon.Keempat : teknologi Cina sudah maju bisa memisahkan kandungan Co2 yang tinggi.Kelima : china duitnya banyak sehingga tidak diragukan lagi untuk mau invest di Natuna,” kata Djoko Siswanto dengan lantang.
Djoko menambahkan, tentunya sesegera dilakukan mungkin agar dapat berkontribusi meningkatkan ketahanan energi kita. Bisa membuka peluang kerja baru disana mengingat tiap tahun banyak sekali angkatan kerja baru yang lulus dari universitas yang perlu disiapkan lapangan kerjanya agar tidak menambah angka pengangguran.
Kemudian untuk mempererat hubungan antar negara,mengundang dan menciptakan iklim investasi yang baik pada blok blok migas di sekitarnya, meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah dan nasional,menambah devisa negara karena gasnya bisa di ekspor ke negara tetangga dan letaknya sangat dekat di daerah perbatasan. Termasuk peluang bagi industri penunjang migas di tanah air untuk mendapatkan pekerjaan disana (di Natuna).