Riau,ruangenergi.com–Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti menyampaikan bahwa melalui digitalisasi, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dapat melakukan monitoring lebih awal serta mengantisipasi potensi kendala dengan lebih baik.
Shinta mengingatkan agar keberhasilan program kerja yang masif di tahun 2022 serta percepatan POP dapat dukung fasilitas produksi yang andal.
“Potensi hidrokarbon di Rokan masih sangat besar baik potensi migas konvensional, maupun nonkonvensional. Dengan mitigasi risiko yang lebih baik, tentunya kepastian tajak sumur hingga POP dapat lebih terjamin sehingga mempercepat peningkatan produksi WK Rokan,“ kata Shinta saat kunjungan ke Digital and Innovation Center Rokan,Jumat (30/12/2022) di Riau.
Menurut Shinta, selain program yang masif untuk meningkatkan produksi, maka harus didukung pula fasilitas produksi yang andal agar tidak ada hambatan operasional dalam rangka mendukung peningkatan produksi dan lifting di tahun 2023.
Tajak 400 Sumur
Hingga penghujung 2022 ini, sudah lebih dari 400 sumur ditajak (dimulai pengeboran) oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR)
Setelah ditajak, sumur-sumur tersebut memasuki proses produksi atau biasa disebut Put on Production (POP). Ada sebanyak 391 sumur yang sudah berhasil di-POP oleh PHR pada tahun ini, dengan outlook 395 sumur.
Direktur Utama PHR, Jaffee Arizon Suardin mengungkapkan, bahwa rencana kerja yang masif dan agresif dilakukan segenap tim untuk meningkatkan produktivitas WK Rokan melalui program pengeboran sumur-sumur produksi baru, pengelolaan kinerja base business untuk menahan laju penurunan produksi alamiah, dan keandalan fasilitas operasi.
“Tentunya pencapaian ini berkat kerja sama dan kerja keras perwira dan mitra kerja PHR, mari kita pertahankan semangat untuk berkontribusi terhadap ketahanan energi nasional,” kata Jaffee,Jumat (30/12/2022) di Riau.
PHR WK Rokan juga melakukan berbagai terobosan agar target sumur baru dapat tercapai. Di antaranya, tim pengeboran melakukan beberapa kegiatan secara paralel (simultaneous operation), meningkatkan keandalan peralatan pengeboran, dan menyusun perencanaan yang matang dengan Spirit Sumatera (Sustainable, Massive, To Grow, Efficient, Resilient, Aggressive).
PHR WK Rokan berhasil memperpendek cycle time POP, yaitu waktu yang diperlukan sejak selesainya pengeboran hingga dilakukan produksi awal. Target rerata POP cycle time sumur Heavy Oil (HO) adalah 20 hari, sementara aktual rerata adalah 11,9 hari.
Target rerata siklus waktu POP sumur Sumatra Light adalah 15-20 hari, sementara aktualnya adalah
11,2-11,7 hari. Berbagai upaya terobosan itu sejalan dengan semangat Pertamina untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang efisien.
Operasi PHR WK Rokan memberikan manfaat berganda (multiplier effect) lainnya seperti penciptaan lapangan kerja dan peluang bisnis bagi pengusaha lokal yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Peningkatan intensitas kegiatan hulu migas di WK Rokan tentu turut meningkatkan denyut aktivitas ekonomi dan nilai investasi di Riau.