Jakarta, ruangenergi.com- Sub holding upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang sudah melakukan survei dan studi untuk mengembangkan potensi geologic hydrogen di Indonesia.
PHE berharap di akhir tahun 2024 ini segera bisa mendapatkan hasil dari survei dan studi tentang geologic hydrogen tersebut.
“Survei dan studinya sudah berjalan.Studinya direncanakan 8 bulan, Insya Allah selesai akhir tahun 2024.Next stepnya ditentukan setelah hasil studi diperoleh,” kata Direktur Eksplorasi PHE Muharram Jaya Panguriseng dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Selasa malam rabu (25/06/2024), di Jakarta.
Muharram bercerita, hingga kini pihaknya masih menunggu keputusan Kementerian ESDM, apakah Geologic Hydrogen dikategorikan sebagai Migas Non Konvensional atau Konvensional?
“Kita masih tunggu regulasinya dari Pemerintah,” urai Muharram. Dia sendiri belum tahu masuk ke mana hydrogen tersebut.
Dalam catatan ruangenergi.com, potensi geologic hydrogen ini sedang distudi oleh PHE untuk segera dikembangkan jika dirasakan ekonomis dan cadangannya memungkinkan untuk diproduksikan.
“Di dunia yang sudah mempunya kebijakan mengenai geologic hydrogen itu baru negara Mali, di Afrika. Jadi kita gak mau ketinggalan. Kita lakukan evaluasi tujuannya begitu nanti pemerintah mengeluarkan kebijakan kita sudah melangkah,” kata Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng dalam Media Gathering Subholding Upstream PHE, Selasa (06/02/2024), di Lombok, NTB.
Yang jelas,lanjut Muharram, daerah-daerah yang potensial itu (untuk dicari geological hydrogennya) harus dicari dari sekarang.
“Kalau kita lihat di Australia, di Ramsey misalnya, itu sebenarnya berawal dari sumur minyak yang mereka lakukan evaluasi komposisi gas pada tahun 1920-an,dan mereka dapat di situ ada hydrogen. Ketika gas hydrogen booming, mereka bongkar datanya dan berlanjut pada pengeboran kemarin. Mereka mendapatkan potensi yang luas hydrogen di sana,” urai Muharram.
Yang menarik dari hydrogen ini, tutur Muharram, adalah efisiensinya. Satu kilogram itu kurang lebih menghasilkan 40 kilowatt hour.
“PHE masih melakukan studi bawah tanah, evaluasi yang sifatnya studi literatur sehingga belum butuh investasi untuk itu,” tegas Muharram.
Muharram menjelaskan juga, saat ini hydrogen dihasilkan dari blue maupun green hydrogen. Artinya dari suatu proses secara elektrolisis. Green hydrogen proses elektrolisis menggunakan listrik yang diproduksi dari renewable energy. Sehingga hydrogen green ini dianggap betul-betul bersih.
“Nah nanti yang akan dikembangkan PHE adalah hydrogen gold karena kita langsung ambil dari alam. Tapi kalau pelaku migas menyebutnya sebagai geological hydrogen. Artinya hydrogen yang terbentuk secara alami di dalam bumi. Kemudian kita cari dimana dia terakumulasi dan kita produksikan,” tegasnya.