Jakarta,ruangenergi.com-PT Pertamina (Persero) merasa bergembira bisa memenuhi komitmen untuk menerapkan digitalisasi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Dengan adanya program Digitalisasi SPBU, maka Pertamina dapat memantau kondisi stok BBM, penjualan BBM dan transaksi pembayaran di SPBU. Selain itu seluruh data-data tersebut juga dapat diakses secara langsung oleh sejumlah pihak berwenang seperti Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan BPH Migas sehingga dapat saling mendukung untuk pengawasan penyaluran BBM termasuk yang bersubsidi yaitu Biosolar (B30) dan penugasan yaitu Premium.
“Kita selesaikan di 5.518 SPBU. Ini sesuai kesepakatan dengan Pemerintah. Itu sudah disepakati dan dianggap sudah selesai (complish). Sekarang kita lanjutkan dengan sistem-sistem yang lain.Sehingga menyempurnakan implementasi ini. Kita lanjutkan juga kepada SPBU-SPBU yang baru berdiri.Tambahan SPBU yang memang belum termasuk di dalam 5518 tadi.Terus akan kita kembangkan untuk kebutuhan nanti.Pastinya,ujung-ujungnya di pelayanan Pertamina untuk menjadi lebih baik secara bisnis, secara operasional,” jelas VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman di sela-sela kunjungan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (Commercial & Trading) Mas’ud Khamid di Telkom Akses Command Center, Kamis (14/01/2021) di Legok, Tangerang
Dalam kunjungan ke Telkom Akses Command Center, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (Commercial & Trading) Mas’ud Khamid menceritakan bahwa Pertamina mengelola 160 ribu KL per hari penjualan di SPBU.
“Selama ini gelap tau berapa sales tiap hari. Baru tahunya dua hari kemudian. Mana SPBU kosong dan mana yang penuh dan langka tidak tahu.SPBU nakal,SPBU yang jual BBM dengan harga tinggi dan mana ada losses tinggi enggak tahu. Namun,seiring permintaan regulator Bph Migas meminta Pertamina harus jalankan penugasan dengan teknologi informasi,dimulailah Digitalisasi SPBU.Kita mulai di tahun 2017, perjanjian kerjasama antara Pertamina dengan Telkom. Karena kompetensinya,Telkom digandeng Pertamina,” ungkap Mas’ud.
Dihadapan wartawan Mas’ud mendengar penjelasan bagaimana tim Telkom Akses Command Center membantu pemantauan setiap SPBU yang sudah diterapkan digitalisasi. Ketika ada gangguan dalam sistem digitalisasi yang dipasang di SPBU, tim Command Center Telkom merespon dengan segera mengkontak teknisi Telkom yang dekat dengan SPBU yang sedang terganggu.
“Ada banyak hal terbantu melalui digitalisasi SPBU ini.Kami tahu posisi produk per tanki, per SPBU. Sehingga kalau dulu katanya terjadi langka Premium sama Solar karena habis,kita tidak tahu kini. Sekarang Pertamax atau Pertalite langka, di SPBU mana saja, bisa kita pantau dan segera kirim pasokan ke sana. Kami juga memantau stok di Terminal BBM.SPBU termonitor volume stocknya secara realtime. Tujuh SPBU CoCo, Pilot Project auto replenishment yang terintegrasi dengan TPBBM Boyolali, TPBBM Rewulu, TPBBM Pengapon,” jelas Mas’ud.
Pertamina,lanjutnya,mencatat rata-rata 10,7 juta transaksi bbm per hari. Sebanyak Rp 147 trliyun nilai transaksi BBM telah tercatat di dalam sistem nomer polisi (STNK) tercatat sebesar 82 persen transaksi dari rata-rata 663 ribu transaksi JBT (jenis bahan bakar tertentu) per hari.