Ciawi, ruangenergi.com- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) selama 3 hari berturut-turut, di mulai dari 8 hingga 10 Desember 2023, mengadakan Rapat Kerja (Raker) di kawasan Ciawi, Jawa Barat.
Raker SKK Migas bertajuk;”Boosting Investment for Massive Exploration and Future Growth in Indonesia Upstream Oil and Gas”. Semua unsur Pimpinan SKK Migas hadir di dalam raker tersebut.
“Kami mengevaluasi kinerja 2023, apa-apa yang harus diperbaiki lagi dan pertahankan atau bahkan ditingkatkan lagi hal-hal yang sudah baik.Menyiapkan target-target tahun 2024 dan program kerja serta anggarannya sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam APBN 2024,” kata Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf kepada ruangenergi.com, Minggu (10/12/2023).
Nanang menjelaskan, SKK Migas dalam raker itu, mengidentifikasi tantangan dan resiko-resiko yang mungkin terjadi di tahun 2024 nanti serta menyiapkan mitigasinya.
“Termasuk memperkuat koordinasi dan komunikasi di dalam ataupun ke luar Skk Migas,” urai Nanang.
Ketika ruangenergi.com bertanya kepadanya hal-hal apa saja yang menjadi tantangan terberat, Nanang menjawab:
“Tentu saja meningkatkan produksi, saat lapangan-lapang semakin mature dan projek baru beberapa terlambat on stream,”ungkapnya.
Dalam catatan ruangenergi.com, SKK Migas menyebutkan bahwa Indonesia bakal memecahkan rekor produksi nasional apabila bisa mencapai target produksi minyak siap jual atau lifting minyak 1 juta barel dan gas 12 miliar kaki kubik per hari pada 2030.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan telah banyak upaya untuk menahan laju penurunan atau bahkan menigkatkan produksi minyak Indonesia.
Namun, dia menuturkan Indonesia harus berani keluar dari zona nyaman untuk bisa mencapai target tersebut. Dia mengungkapkan, target capaian produksi lifting migas tersebut akan menjadi salah satu karya terbaik bagi bangsa Indonesia yang akan direalisasikan dari industri hulu migas.
“Jika target ini tercapai, maka sektor hulu migas akan mencatat rekor produksi migas terbesar sepanjang sejarah Indonesia,” katanya dalam sambutannya di acara 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Rabu (02/12/2020).
Untuk itu, perlu adanya perubahan cara berpikir maupun cara berbisnis di luar kebiasaan. Di samping itu, visi tersebut tidak bisa dicapai tanpa adanya kolaborasi baik dari sisi industri, pemerintah, dan stakeholder terkait.
Dwi mengatakan, dengan diadakannya konvensi ini, dapat menjadi wadah bagi titik balik perubahaan cara berpikir industri hulu migas yang lebih mengedepankan pola kerja ekstra normal, dan beriorientasi hasil.