Jakarta,ruangenergi.com–Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) belum bisa memutuskan apakah bisa menawarkan maupun memenuhi permintaan ekspor Liquefied Natural Gas (LNG) ke luar negeri termasuk Eropa.
Alasannya, SKK Migas masih memfokuskan diri pada upaya-upaya pemenuhan kebutuhan domestik dengan pasokan yang ketat dan dimonitor secara rutin.
“Kita fokus pada pemenuhan kebutuhan domestik, dengan pasokan yang ketat yang akan dimonitor secara rutin supaya produksinya sesuai rencana.
Adapun jika ada demand tambahan (termasuk dari LN) masih harus dievaluasi denga supply yang ada,” kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Kamis (23/02/2023) di Jakarta.
Kurnia menuturkan,industri domestik serap LNG sekitar 29 persen di tahun 2022.
Dalam catatan ruangenergi.com,dalam paparan kinerja SKK Migas di tahun 2022, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, mengatakan target tersebut meningkat dari realisasi produksi LNG di tahun 2022 sebanyak 196 kargo yang berasal dari Kilang Bontang milik Pertamina, dan Kilang Tangguh milik BP.
“Tahun 2022 ini realisasinya tercatat 196 kargo yang berasal dari Bontang 81 dan Tangguh 114,7 kargo,” ucap Kurnia waktu itu.
“Untuk 2023 sendiri kita merencanakan di Bontang akan ada sekitar 80-81 kargo sedangkan di Tangguh diproyeksikan sekitar 124-126 kargo yang tentu saja besaran yang akan diekspor kurang lebih hampir sama dengan yang direalisasikan di tahun 2022,” jelasnya.