kargo lng

SKK Migas Sedang Chatting Dengan Pembeli LNG Indonesia dari Jepang

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.comSatuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memberi tahu ada sinyal positif datang dari para pembeli para pembeli gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Jepang.

SKK Migas saat ini masih berdiskusi alias mengobrol (chatting) dengan pembeli tradisonal LNG asal Jepang, untuk bisa menghasilkan kesepakatan pemasokan LNG ke Negeri Sakura tersebut.

“WB (western buyer’s) sudah berakhir 2020, pembeli tradisional yang saat ini masih ada hanya 1 atau 2 saja. Kyushu Electric Power Co., Inc. Sudah ada diskusi-diskusi, negosiasi dan pembicaraan di tingkat teknis marketing, terkait keinginan mereka untuk mendapatkan kembali,” kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Selasa (09/05/2023) di Jakarta.

Dalam catatan ruangenergi.com,Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap bahwa potensi gas bumi Indonesia cukup menjanjikan, dengan cadangan terbukti sekitar 41,62 triliun cubic feet (TcF). Meski cadangannya tergolong kecil dibandingkan cadangan dunia, Indonesia masih memiliki 68 cekungan potensial yang belum tereksplorasi yang ditawarkan kepada investor.

Berdasarkan Neraca Gas Indonesia 2022–2030, Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dari lapangan migas yang ada. Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia juga diperkirakan akan mengalami surplus gas hingga 1.715 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) yang berasal dari beberapa proyek potensial.

“LNG ada yang besar-besar, seperti yang sekarang kita punya di Papua, Bontang, Sulawesi. Ke depannya, kita akan punya proyek-proyek LNG cukup besar juga yaitu di Abadi Masela,” ujar Dwi, pada acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center, Kuta, Bali pada Rabu (23/11/2022).

Ada pula temuan di Andaman, Aceh Utara, yang memiliki gas bumi, termasuk juga menghidupkan kembali Arun LNG Plant. Berbagai temuan dan potensi gas bumi itu dinilai bisa mengamankan kebutuhan gas dalam negeri.

“Indonesia dapat mengoptimalkan peran LNG. Seperti yang diproyeksikan dalam Neraca LNG Indonesia, akan ada peningkatan produksi LNG pada 2028,” kata Tutuka Ariadji, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM.

Proyek-proyek LNG tersebut, kata dia, antara lain adalah Masela yang akan mulai berproduksi setelah pertengahan dekade ini dan proyek IDD yang diharapkan dapat mendukung produksi LNG Bontang. Selain itu, wilayah kerja Andaman dan Agung yang diharapkan bisa berkontribusi dalam jangka panjang.

Tutuka memaparkan, produksi LNG Bontang pada 2026 diperkirakan 27,7 kargo. Pada berikutnya, produksi akan meningkat menjadi 56,2 kargo. Sementara itu, untuk produksi dari Blok Masela, diperkirakan pada 2028 produksi LNG sekitar 149,2 kargo dan hingga 2035 produksinya relatif stabil.

Namun demikian, penyerapan gas untuk kepentingan dalam negeri hingga saat ini masih belum optimal. Penyerapan gas domestik baru mencapai 64,3% dari produksi gas Indonesia pada 2021 atau dengan total gas yang disalurkan adalah 5.734,43 BBTUD.

Dari jumlah tersebut, sebesar 27,45% untuk kebutuhan industri, ekspor berupa LNG sebesar 22,18%, pupuk 12,08%, ekspor gas pipa 13,14%, dan listrik 11,90%. Indonesia juga memanfaatkan gas untuk kebutuhan domestik LNG dan LPG, masing-masing sebesar 8,56% dan 1,56%. Sebagian kecil dari sisa konsumsi adalah untuk gas kota dan gas untuk bahan bakar transportasi.