Jakarta,ruangenergi.com-Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menggenjot terus upaya-upaya peningkatan produksi migas di Indonesia.
SKK Migas bersyukur sudah pecah telur sejak awal Februari lalu dimana sudah sukses tajak sumur eksplorasi di area Pertamina.
“Sudah pecah telur mingu lalu sudah tajak 1 sumur explorasi….dan minggu ini ada 1 lagi tajak….bulan ini kita kejar 6 wells explorasi…. genjot terus…40-50 an sumur explorasi nanti kita bor,” kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno kepada ruangenergi.com,akhir pekan lalu di Jakarta.
Julius bercerita, kendala operasional yang dihadapi di lapangan seperti curah hujan yang tinggi, jalan akses yang rusak parah dan lain sebagainya.
Dalam catatan ruangenergi.com, dalam melakukan usaha pencapaian target produksi dan lifting terus melakukan terobosan-teriobosan, salah satunya adalah dengan melakukan monitoring ketat terhadap percepatan produksi sumur-sumur yang di bor.
Sejalan dengan peningkatan pengawasan tersebut, SKK Migas membangun aplikasi monitoring pembangunan well connection/ flowline yang terintegrasi dengan Integrated Operation Center (IOC) SKK Migas, sehingga dengan adanya aplikasi tersebut, diharapkan pengawasan akandapat dilakukan lebih mudah, terintegrasi, transparandanmendukung proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan efisien guna percepatan onstream sumur-sumur bor tersebut.
Sebagai kick off penggunaan aplikasi tersebut, SKK Migas melakukan sosialisasi kepada 34 (tiga puluh empat) kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang memiliki program pemboran sumur pengembangan di tahun 2022. Sosialisasi dilaksanakan secara online (daring) hari ini dan diikuti oleh 194 peserta dari SKK Migas maupun KKKS.
Manfaat yang diterima oleh SKK Migas dan KKKS dari aplikasi monitoring well connection/ flowline ini adalah menjadi semakin efisiennya proses koordinasi yang dilakukan. Sebelumnya, ketika masih dilakukan secara manual, fungsi terkait di SKK Migas dan KKKS menyampaikan laporan yang kemudian dilakukan integrasi secara manual. Proses administrasi ini akan memakan waktu dalam melakukan konsolidasi, serta tidak memberikan dukungan untuk melakukan pengambilan keputusan secara tepat.