Jakarta, Ruangenergi.com – Polemik di media sosial tentang limit credit card Komisaris Utama yang diakui oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebesar Rp 30 miliar yang dikaitkan dengan efisensi, seharusnya tidak akan terjadi jika Ahok paham betul tentang makna efisiensi.
“Kalau Ahok mau mencermati, ternyata ada efisiensi yang benar-benar harus menjadi perhatian Dewan Komisaris Pertamina, yakni akuisisi lapangan-lapangan migas Pertamina di luar negeri, salah satu-nya adalah Maurel & Prom (M&P) karena lapangan migas-nya yang baru berproduksi hanya di Gabon, Tanzzania dan Perancis dengan volume yang tidak besar,” kata Praktisi Energi, Inas N.Zubir dalam pesan singkatnya yang diterima Ruangenergi.com di Jakarta, Kamis (17/6).
Sekedar diketahui, Pertamina mengakuisi saham M&P sebesar 72.65% senilai USD. 1.1 miliar atau kurang lebih Rp 15 triliun sejak tahun 2016-2017, tapi pada tahun 2019 nilai saham-nya merosot menjadi Rp 5.9 triliun
“Namun pada tahun 2020, penjualan hanya $330 juta, atau turun tajam (35%) terutama sebagai akibat dari penurunan 40% tahun-ke-tahun akibat pengurangan produksi di Gabon karena kuota OPEC, sedangkan rugi bersih untuk tahun 2020 sebesarĀ USD. 592 juta,” pungkas Inas.(Red)