Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Wakil Menteri ESDM Yuliot pastikan butuh dukungan dari para gubernur dan bupati yang tergabung dalam Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) untuk mendukung target peningkatan produksi migas Indonesia sebeser 650 ribu barel oil per day (BOPD) di tahun 2025.
Kementerian ESDM berharap dukungan Anggota ADPMET untuk bisa memenuhi target tersebut.
“Berarti kan ini kita harus mencapai target yang ditetapkan untuk tahun 2025 ini kemudian kita juga mengharapkan pada tahun 2029-20230 tingkat produksi kita sudah di atas 1 juta. Berarti ada peningkatan dari sekarang 400 ribu BOPD. Ini kan peningkatan yang sangat signifikan. Jadi kita harus meningkatkan. Apa yang harus kita lakukan di antaranya intervensi teknologi dan juga tidak harus mengembangkan daerah-daerah sumur baru, Untuk sumur baru ini kan harus ada dukungan dari Bupati, Walikota, Gubernur untuk bagaimana mempercepat proses yang ada di lapangan. Jadi itu ada perizinannya, ada daerahnya, ada rekomendasi. Jadi ini yang harus dilakukan,”kata Yuliot kepada wartawan, menjawab pertanyaan ruangenergi.com, saat Munas V ADPMET, Kamis (10/07/2025), di Jakarta.
Untuk Energi Terbarukan, Yuliot menjelaskan, pemanfaatannya baru 0,4 persen, Walau begitu potensinya luar biasa ke depan karena Indonesia memiliki potensi Energi Terbarukan sekitar 6500 Giga Watt. Sementara yang baru dimanfaatkan baru sekitar 15 Giga Watt.
“Jadi ruang untuk kita bergerak di energi baru terbarukan sangat luas. Jadi kami mengharapkan dengan adanya kerja sama dengan ADPMET. Ke depan, target-target energi terbarukan bisa tercapai.
Sumur Tua
Wamen ESDM Yuliot berkata untuk peranan sumur-sumur tua penting. Karena kalau dikerjakan oleh K3S itu tidak ekonomis karena produksinya kecil.
Namun, jika sumur tua dikelola oleh Koperasi maupun BUMD, akan ekonomis. Skala ekonomis dengan produksi migas yang kecil maka sangat cukup dikelola UMKM sekelas Koperasi dan BUMD.
“Kita dorong pemanfaatan sumur tua itu produksinya masih bisa dilaksanakan dan masih bisa menambah tingkat produksi migas secara nasional,”ucap Yuliot.
Ketika ditanyakan tentang harga jual minyak dari sumur-sumur tua yang dikelola oleh Koperasi maupun BUMD, Wamen Yuliot tegas berkata:
“Untuk harga kita sudah tetapkan, kalau di wilayah sumur tua tersebut di wilayah kerja K3S. Jadi untuk ini, 80 persen dibayarkan kepada masyarakat atau koperasi yang melaksanakan kegiatan di sumur tua ini. Kemudian 20 persen, mematok ICP,merupakan bagian perusahaan K3S. Karena perusahaan K3S harus ambil produksi dan melakukan pembinaan terhadap BUMD, Koperasi dan UMKM yang ada di daerah,”ucap Yuliot.
Terkait PI 10 persen, Yuliot mendorong bagaimana BUMD bisa menyelesaikannya. Kemudian dari Kementerian ESDM akan rekomendasikan BUMD yang direkomendasikan oleh Pemda untuk sebagai PI 10 persen di setiap wilayah kerja perminyakan Indonesia.