Strategi Menuju Net Zero Emission

Jakarta, Ruangenergi.comMenteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki beberapa strategi dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE).

Pada sisi suplai, strategi yang dilakukan pemerintah adalah pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). EBT tersebut didalamnya meliputi solar fotovoltaik, angin, biomassa, panas bumi, hidro, energi laut, nuklir, hidrogen, dan battery energy storage systems.

Dengan begitu, target Net Zero Emission dapat cepat tercapai selambatnya tahun 2060 atau lebih cepat dengan dukungan dari negara lain.

Ia menambahkan, pencapaian target tersebut tentu saja membutuhkan dana yang besar dan teknologi yang advance, serta sumber daya manusia yang bisa mendukung.

“Pemilihan teknologi menjadi pertimbangan utama guna memastikan ketersediaan, kemudahan, keterjangkauan, keberlangsungan dan daya saing untuk mencapai kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, serta ketahanan iklim dan rendah karbon,” terang Arifin, (11/08).

Selain itu, katanya, infrastruktur juga memiliki peran yang sangat penting, jadi interkoneksi, transmisi dan penerapan smart gird ini juga mutlak dilaksanakan.

“Demikian banyaknya hal-hal yang harus kita integrasikan, termasuk juga dukungan-dukungan pendanaan ke depan,” lanjutnya.

Kemudian dari sisi demand, jelas Arifin, Pemerintah memiliki strategi yakni dengan melakukan penerapan Standar Kinerja Energi Minimun (SKEM) dan kompor listrik.

Sementara, untuk sektor transportasi dengan penerapan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

“Kita berharap tentu saja agar rumah tangga dapat memanfaatkan kompor listrik mengganti LPG yang selama ini kita impor dan juga menyerap subsidi yang cukup besar. Kalau kita bisa mengalihkan subsidi ini, dana tersebut dapat kita alihkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Kita memiliki sumber dana yang lain,” kata Arifin.

Tak hanya itu, ia melanjutkan, pada sektor industri, Pemerintah juga melakukan dengan mendorong pertumbuhan industri yang sesuai jenis proses industri yang ada dan transisi energi tersebut.

Lalu, untuk sektor komersial melalui optimasi konsumsi energi pada bangunan gedung milik swasta dan Pemerintah.

“Untuk mencapai target-target pembangunan EBT tersebut, tentu membutuhkan regulasi yang dapat memberikan kepastian dan keamanan berusaha. Maka dari itu, Pemerintah merumuskan beberapa kebijakan strategis, mulai dari RUU EBT hingga Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri ESDM,” beber Arifin.

Libatkan Swasta

Arifin mengemukakan bahwa dalam skema pembiayaan infrastruktur EBT nantinya akan dilakukan melalui investasi swasta, yakni salah satunya dengan kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), penyertaan modal negara, kerja sama swasta dengan BUMN/BUMD, dan APBN/APBD, serta fasilitas pembiayaan lainnya, seperti Pembiayaan Infrastruktur Sektor Panas Bumi (PISP), Geothermal Resources Risk Mitigation (GREM), dan SDG Indonesia One.

“Pemerintah juga telah memberikan insentif fiskal dan non-fiskal, seperti tax allowance, fasilitasi bea masuk, serta tax holiday. Kami terus berusaha untuk dapat memberikan bentuk-bentuk insentif dan instrumen keuangan baru dalam meningkatkan minat investor,” tutup Arifin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *