pekerja pertagas niaga

Tantangan Perusahaan Energi Global Ada Di Tangan Milenial

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, RuangEnergi.Com- Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, tantangan menangani BUMN Minyak dan Gas sangat berbeda dengan perusahaan lain, karena lingkup bisnisnya mencakup dari hulu ke hilir. Risk of positioning-nya juga sangat berbeda, dimana perusahaan minyak dan gas itu, karena ada di hulu sangat besar resikonya, kemudian investasinya besar dan teknologi yang digunakannya juga sangat advance.

Dengan semangat selalu terbarukan BUMN Energi, seperti Pertamina harus terus mengasah kemampuan human capital-nya. Kombinasi generasi senior dan milenial yang ada dapat dijadikan kekuatan untuk menjawab tantangan bisnis global.

“Jadi tiga karakter pengelolaan perusahaan minyak dan gas itu high risk, high capital (perlu investasi besar) dan high technology” ungkap Nicke Widyawati dalam Webinar Milenial Energi Transformasi Melintas Batas Generasi, pertengahan Agustus 2020.

Lebih jauh Nicke memaparkan, dalam mengembangkan sumber daya manusia di Pertamina tentu sangat berbeda , apalagi ke depan tantangannya sangat  luar biasa. Semua perusahaan energi melakukan transformasi, bagaimana ke depan ancaman di bidang energi itu ada, kemudian harus mengadopsi teknologi-teknologi baru.

Strategi umum yang harus dilakukan ke depan menurut Nicke adalah memberikan persamaan visi, bahwa semua sumber daya manusia yang ada harus memahami dulu bisnis energi ke depan tantangannya seperti apa, agar Pertamina bisa menyiapkan roadmap-nya.

“Dengan dasar itu kemudian kita membuat strategi pengembangan SDM-nya termasuk strategi partnership, karena untuk tumbuh berkembang ke depan Pertamina tidak dapat mengandalkan diri sendiri tetapi harus melakukan kerjasama di beberapa proyek investasi, sehingga ada peningkatan kompetensinya. Selain kompetensi teknis, tentunya terus berupaya bagaimana menyiapkan menjadi pemain energi global karena Pertamina adalah perusahaan energi besar,” ujar Nicke.

Menurutnya, tantangan SDM di Pertamina saat ini adalah hampir 60 persen generasi milenial yang usianya dibawah 35 tahun, sehingga harus dilakukan speed up.

“Di sisi lain, lebih dari  20 persen pegawai dalam 10 tahun ke depan ini akan pensiun, sehingga bagaimana perusahaan melakukan program akselerasi agar kebutuhan seluruh formasi bisa terpenuhi. Caranya adalah melakukan pendampingan dalam penugasan, sepert di Blok Mahakam dan blok lain. Selain itu, ekspansi bisnis di upstream sebagian sudah dilakukan dengan pola partnership,” tukas Nicke.

Dengan lugas dia menambahkan, perusahaan juga punya resources dari program yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk mempercepat peningkatan kompetensi Pertamina.

“Tantangan mengembangkan generasi milenial untuk dipersiapkan menjadi ujung tombak perusahaan adalah kita harus melakukan cara yang sesuai juga dengan karakter anak-anak milenial, yang berpikir, bertindak dan bekerja cepat” tambahnya.

Sebagai informasi saat ini, Pertamina mengelola 27.000 orang karyawan tetap, paruh waktu dan outsourching. Sedangkan secara group dengan seluruh anak perusahaan totalnya mencapai 67 ribu orang.

“Untuk mempercepat proses training, Pertamina sudah menggulirkan Mobile Digital Learning , sehingga diharapkan akan mempercepat proses pembelajaran,” kata Nicke.

Konten pertama yang sudah di launching adalah Healt Safety and Environment (HSE), karena bekerja di perusahaan oil and gas itu high risk sehingga setiap pegawai wajib memahami HSE.

“Selain belajar dari digital learing yang sifatnya masif, juga akan mengirim orang-orang terbaik ke partner-partner Pertamina di seluruh dunia untuk belajar, khususnya hal teknis seperti di up stream atau di perusahaan petro chemical, karena beberapa tahun ke depan Pertamina akan melebarkan sayap bisnisnya ke petro chemical industry,” jelasnya.

Terkait denga adanya gap antara generasi milenial dan senior, Nicke menjelaskan, pihaknya melihat hal ini sebagai kekuatan dan bisa dikombinasikan dengan baik. Di satu sisi generasi milenial memang lebih smart, secara IQ juga lebih baik dan berpikir kreatif, tetapi jam terbang dimiliki oleh yang lebih senior, sehingga jika digabung bisa menjadi kombinasi yang luar biasa.

“Jadi yang senior kita berikan tugas tambahan menjadi coach dan mentoring kepada para junior. Lebih tepatnya transfer pengalaman, karena jam terbang tidak bisa dipelajari,” tukasnya.

Tantangan Pertamina ke depan adalah menyiapkan SDM yang mumpuni. Ke depan, kondisi bisnis akan berubah, tidak ada cara lain untuk mengantisipasinya, yaitu semua insan Pertamina harus meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan kebutuhan bisnis.

“Untuk itu kuncinya adalah learning ability, karena banyak hal baru yang harus dipelajari, jadi semangat itu yang harus dimiliki. Tagline Pertamina adalah Renewable Spirit, dari sisi SDM tentunya harus selalu punya semangat baru dan terbarukan,” kata Nicke.

Harapan dan passion terbesar-nya adalah bagaimana Pertamina mengembangkan seluruh kompetensi di semua lini secara utuh. Dengan bonus sumber daya generasi milenial yang melimpah dampaknya tentu akan luar biasa untuk membawa perusahaan energi kebanggaan Indonesia naik peringkat menjadi lebih baik lagi.

“Semua SDM Pertamina harus bisa memahami di manapun posisinya, dan apa kontribusinya terhadap keberlangsungan usaha. Jadi membuka wawasan dari semua karyawan itu harus paripurna. Mulai dari visi ke depan, mau dibawa kemana perusahaan itu sampai ke bottom line.” tutup Nicke Widyawati.