Banda Aceh, ruangenergi.com—Proyek raksasa di perairan Serambi Mekkah makin serius! Mubadala Energy (South Andaman) RSC Ltd. menggandeng Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menggelar konsultasi publik Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk pengembangan Lapangan Gas Tangkulo di lepas pantai utara Lhokseumawe.
Forum yang digelar Kamis (25/9/2025) ini menjadi panggung penting bagi perusahaan migas untuk menyerap langsung masukan dari berbagai pihak, mulai dari nelayan, tokoh adat Panglima Laot, akademisi, hingga pemerintah daerah. Tujuannya satu: memastikan proyek ini tidak hanya untung, tetapi juga aman, lestari, dan berkah bagi masyarakat Aceh.
Lapangan Gas Tangkulo yang terletak di Laut Andaman pada kedalaman 1.000–1.300 meter ini digadang-gadang akan menjadi motor ekonomi baru. Meski masih dalam tahap pra-FEED dan pembahasan Plan of Development (POD), proyek ini menargetkan produksi komersial pada Desember 2028.
Kepala Unit Percepatan Project UPP Andaman SKK Migas, Kukuh Hadianto, menegaskan bahwa konsultasi publik ini adalah bukti kepatuhan regulasi dan komitmen perusahaan untuk menimbang aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi secara utuh.
“Kegiatan ini penting… Tujuannya menyampaikan informasi lengkap tentang rencana pengembangan sekaligus menghimpun masukan, saran, dan pendapat dari masyarakat, instansi pemerintah, akademisi, dan pemangku kepentingan,” ujar Kukuh, dalam siaran pers yang diterima ruangenergi.com, Kamis (25/09/2025).
Sambutan positif datang dari Pemerintah Aceh. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, Hanan, menyatakan optimismenya dan menegaskan dukungan penuh. “DLHK siap mendukung kegiatan konsultasi publik yang merupakan tahapan awal studi AMDAL yang mengakomodir saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat terdampak,” kata Hanan.
Kekhawatiran Nelayan Dijawab dengan Mitigasi Canggih
Diskusi berlangsung hangat dengan kehadiran para panglima laot, nelayan, dan tokoh masyarakat dari gampong pesisir seperti Ujong Blang dan Batupat Barat. Ini adalah ruang terbuka bagi mereka untuk menyampaikan aspirasi dan kekhawatiran, terutama soal area tangkapan ikan.
Menjawab tantangan tersebut, Mubadala Energy telah menyiapkan langkah mitigasi berlapis. VP of HSSE & AI and Partnership Mubadala Energy, Widi Hernowo, menjanjikan bukan hanya kepatuhan regulasi, tetapi juga keterbukaan informasi.
Beberapa langkah mitigasi yang disiapkan antara lain:
- Sosialisasi berkelanjutan dan pelibatan nelayan untuk menjaga area tangkapan ikan.
- Penggunaan kapal produksi terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) dengan mesin industri ramah lingkungan beremisi minimum.
- Pengelolaan limbah cair dengan uji laboratorium berkala.
Widi menegaskan bahwa semua aspek akan diselaraskan dengan nilai-nilai budaya kearifan lokal Aceh
Secara ekonomi, proyek ini diproyeksikan memberi dampak positif signifikan. Mubadala Energy juga berkomitmen menjalankan Program Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (PPM) berupa pemberdayaan ekonomi, proyek sosial, dan edukasi lingkungan.
Wakil Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), Nizar Saputra, menyampaikan apresiasi dan siap mendukung percepatan proyek. “Diharapkan dapat memberi multipler efek bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat,” terangnya.
Proses konsultasi publik yang transparan dan partisipatif ini diharapkan tidak hanya menguatkan dokumen AMDAL, tetapi juga membangun kesepahaman antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Pengembangan Lapangan Gas Tangkulo dengan infrastruktur utama yang meliputi fasilitas bawah laut, FPSO, hingga fasilitas penerimaan darat (Onshore Receiving Facility/ORF) di kawasan Arun, Lhokseumawe, kini resmi melangkah maju, berpegangan pada prinsip partisipasi, transparansi, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama.