Jakarta, Ruangenergi.com – Produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla Inc, mengungkapkan, pihaknya akan menerapkan secara ketat terkait aspek Environmental Social and Governance (ESG) dalam berinvestasi.
ESG merupakan praktik bisnis yang tidak mencemari lingkungan sekaligus tetap memperhatikan aspek sosial.
CEO Tesla, Elon Musk, dalam rapat tahunan pemegang saham September 2020 lalu, mengatakan, pihaknya menawarkan kontrak jangka panjang bagi perusahaan yang mampu menambang nikel dengan salah satu syaratnya yaitu tidak mencemari lingkungan.
Di mana, mobil listrik sendiri didesain tidak untuk menghasilkan emisi gas buang alias zero emisison.
Lembaga Pemeringkat Kredit asal AS, Standard & Poor’s (S&P Global) menyebutkan bahwa syarat yang diinginkan oleh Tesla menjadi tantangan bagi industri pertambangan terutama nikel dalam mengembangkan rantai pasok baterai litium yang rendah karbon.
S&P Global mengatakan, dengan tidak merusak lingkungan saat penambangan sampai menggunakan energi yang ramah lingkungan saat melakukan hilirisasi adalah cita-cita Tesla dalam mengembangkan kendaraan listrik.
Selain itu, S&P Global dalam laporan The Sustainability Yearbook – 2021 Rankings, beberapa waktu lalu mengemukakan bahwa Tesla menjadi salah satu dari sederet perusahaan yang diundang dan menjalani penilaian ketat terhadap standar ESG.
Sebagaimana diketahui, pada 11 Desember 2020 lalu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), mengundang CEO Tesla Elon Musk untuk datang ke Indonesia dengan melihat secara lokasi launching pad Space X, serta melakukan kerjasama terkait pengembangan industri baterai kendaraan bermotor listrik.
Melalui sambungan telepon, Jokowi melakukan perbincangan kepada CEO Tesla, saling bertukar pandangan mengenai industri mobil listrik dan komponen utama yakni baterai listrik.
CEO Tesla, Elon Musk menanggapi undangan serta perbincangannya dengan Jokowi, dan berencana dalam waktu dekat akan mengirimkan timnya ke Indonesia untuk menjajaki semua peluang kerja sama tersebut.
Yang mana, Tim Tesla dikabarkan pada awal Januari 2021 lalu akan berkunjung ke Indonesia, akan tetapi mereka melakukan re-schedule jadwal kunjungan Tim Tesla pada Februari 2021 ke Indonesia.
Namun demikian, Tim Tesla pada awal Februari 2021 menunda kunjungan untuk datang ke Indonesia sampai waktu yang belum dapat ditentukan, lantaran adanya aturan pembatasan kedatangan warga negara asing (WNA) ke Indonesia.
Pasalnya, kunjungan tim Tesla tersebut dalam rangka penjajakan pembangunan pabrik baterai di Indonesia.
Sementara, Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Jodi Mahardi, mengungkapkan perwakilan Tesla membatalkan kunjungannya ke Indonesia pada Februari 2021 karena adanya aturan pembatasan kedatangan warga negara asing (WNA).
Tesla Lirik ESS
Sebelumnya, Kemenko Marves, dikabarkan telah menerima proposal terkait rencana investasi yang akan dilakukan oleh Tesla di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto, menyebut, Tesla akan kerja sama pada bidang Energy Storage System (ESS).
“Ada satu lagi kerja sama dengan Tesla yakni pada bidang ESS. Jadi ESS ini mirip baterai seperti powerbank. Tapi ini powerbank ekstra besar kapasitasnya bisa puluhan mega watt,” terang Seto dalam press conference belum lama ini.
Ia melanjutkan, ESS ini bisa menggantikan pembangkit peaker, menurutnya pembangkit peaker merupakan pembangkit yang eletricity daripada bikin pembangkit baru yang harganya mahal lebih baik memakai baterai.
“Mereka mencontohkan kesuksesan meraka di Australia mereka sudah membangun cukup banyak,” kata Seto.
Lebih jauh, Seto mengemukakan, banyak permintaan dari berbagai negara untuk melakukan kerjasama dengan Tesla di sektor ESS tersebut. Akan tetapi, jelas Seto, mengatakan Tesla ingin kerja sama dengan Indonesia.
Sebagai informasi, perusahaan pertambangan yang tergabung dalam Mining and Industry Indonesia (MIND ID), seperti PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam), PT Timah Tbk, (PT Timah), PT Bukit Asam (PT BA) yang masuk dalam konsorsium BUMN telah menyiapkan 44 proyek EV Battery dan mitra potensial untuk Tesla.
Beberapa waktu lalu, Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, bahwa Tesla berminatnya di Energy Storage System bukan di Electric Vehicle Battery.
“Dia datang ke Indonesia karena melihat potensi untuk menjaga kehandalan suplai dari PLTS-PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) adalah ESS,” ungkap Nicke.
Menurut Nicke, ESS adalah sistem penyimpanan baterai layaknya powerbank. Sistem ini menyimpan baterai berskala besar yang bisa dipakai untuk tenaga listrik.
Kemudian, katanya, bisnis ESS sangat menjanjikan karena pemerintah ingin memperbanyak PLTS. Nicke melanjutkan, peran ESS nantinya menyimpan listrik yang dihasilkan PLTS, sehingga bisa dipakai untuk kendaraan listrik.
Nicke mengakui bahwa Pertamina juga sangat tertarik dengan bisnis ESS ini.
“ESS ini pasar yang besar, Pertamina pun akan masuk ke sana ke depannya,” tukas Nicke.