PLTU Co-Firing Ketapang

Tingkatkan Economic Scale Biomassa, Pemerintah Implementasi Cofiring PLTU

Jakarta, Ruangenergi.com – Upaya menuju net zero emission di masa depan, pemerintah terus menggenjot penggunaan biomassa sebagai substitusi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Diungkapkan secara online pada saat acara Launching Go Live Komersial Cofiring PLTU Indramayu, PLTU Paiton-9 dan PLTU Tanjung Awar-Awar, oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Sahid Junaidi.

Menurutnya, penggunaan Cofiring PLTU turut meningkatkan kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional. Tak hanya itu, cofiring juga berdampak positif kepada pengembangan ekonomi kerakyatan (circullar economy) karena dapat membuka lapangan kerja dan peluang bisnis di sektor biomassa khususnya yang berbasis sampah dan limbah.

“Biomassa untuk cofiring bisa diambil dari limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga serta tanaman energi yang ditanam pada lahan kering atau dibudidayakan pada kawasan Hutan Tanaman Energi seperti pohon Kaliandra, Gamal dan Lamtoro,” jelasnya.

Sahid menambahkan, tantangan terbesar dalam implementasi cofiring biomassa adalah upaya untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa dengan tetap memperhatikan aspek keekonomian. Sehingga nantinya harga listrik yang dihasilkan tetap terjangkau dan tidak melebihi biaya pokok penyediaan (BPP) yang ditetapkan.

“Kami mendukung upaya yang telah dilakukan PLN untuk terus mencari peluang-peluang pemanfaatan biomassa, melakukan komitmen dengan pemasok biomassa besar seperti Perhutani, PTPN, dan Shang Hyang Seri, serta mendorong berkembangnya pasar biomassa skala menengah dan kecil,” imbuhnya

“Kami berharap upaya-upaya ini terus dilanjutkan di setiap titik lokasi PLTU di Indonesia sehingga nantinya akan tercipta pasar demand & supply yang semakin besar dan keekonomian serta economics of scale yang semakin baik” sambung Sahid.

Dirinya berharap program ini tidak hanya berhenti sampai disini, tapi juga harus berkelanjutan dengan persentase dari campuran biomassanya yang terus meningkat.

Sebagaimana diketahui, PT PLN (Persero) telah berhasil melakukan implementasi cofiring atau pencampuran biomassa dengan batu bara pada 17 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hingga Juni 2021. Dari proyek cofiring tersebut, PLN mampu menghasilkan energi hijau dari ekivalen kapasitas pembangkit 189 Mega Watt (MW).

Dari total 17 PLTU yang menggunakan biomassa secara komersial tersebut, katanya, sekitar 12 PLTU tersebar di Jawa dan 5 lokasi di luar Jawa. Pembangkit-pembangkit itu dikelola dua anak usaha PLN yaitu PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali.

Indonesia Power menghasilkan energi hijau melalui co-firing di PLTU Suralaya 1-4, PLTU Suralaya 5-7, PLTU Sanggau, PLTU Jeranjang, PLTU Labuan, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Barru dan PLTU Adipala.

Sedangkan PJB menghasilkan energi hijau melalui co-firing PLTU Paiton Unit 1-2, PLTU Pacitan, PLTU Ketapang, PLTU Anggrek, PLTU Rembang, PLTU Paiton 9, PLTU Tanjung Awar-Awar dan PLTU Indramayu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *