TIS Petroleum Bergairah Kembangan Potensi Migas di Blora Pasca Sukses Produksi dan Proses Gas plus Kondensat

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com-  TIS Petroleum E&P Blora Pte Ltd (“TIS)” mengatakan produksi di Wilayah Kerja Blora dilakukan dengan menerapkan aspek keamanan sebagai prioritas.

TIS juga dengan seksama memperhatikan aspek lingkungan untuk menjaga lingkungan sekitar, terutama agar dampak lingkungan yang dirasakan oleh warga sekitar sangat minimal.

“Salah satu bentuk komitmen TIS dalam mengatasi emisi CO2 dari produksi gas bumi adalah melakukan penanaman pohon trembesi secara bertahap sesuai dengan program yang telah disusun dalam dokumen persyaratan lingkungan hidup (UKL/UPL) dimana pohon trembesi adalah salah satu jenis tumbuhan yang mempunyai kapasitas penyerapan CO2 tertinggi,”demikian isi keterangan tertulis TIS yang diterima ruangenergi.com, Selasa (30/01/2024), di Jakarta.

Diharapkan dengan penanaman pohon ini maka jumlah emisi CO2 dapat tereliminir sehingga dapat mencapai net zero CO2 emission. Keberhasilan memproses dan memproduksikan gas dan kondensat dari sumur RBG-3B di Lapangan RBG Blok I Wilayah Kerja memberikan semangat kepada TIS untuk terus melakukan
pengembangan area-area lainnya dalam Wilayah Kerja Blora.

Sesuai dengan POD I Wilayah Kerja Blora, kedepannya TIS berencana melakukan pengeboran sumur pengembangan (well development) dan membangun fasilitas permanen (Full Production Facility) yang diprediksikan akan menghasilkan Raw Gas sebesar 30 mmscfd dan kondesat sebesar 314bcpd untuk dialirkan kepada para pembeli gas dan pembeli kondensat di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya.

Dalam catatan ruangenergi.com, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) TIS Petroleum E&P Blora Pte. Ltd. berhasil menyelesaikan proyek Early Production Facility (EPF) RBG Blok-I di Wilayah Kerja Blora, Jawa Timur.

Keberhasilan proyek ini menjadi tonggak penting bagi SKK Migas bersama KKKS karena mampu mengoptimalkan cadangan gas yang memiliki kadar karbon dioksida (CO2) sebesar 30%.

“Keberhasilan komersialisasi gas dengan kandungan CO2 yang cukup besar memberikan optimisme bagi kami untuk dapat melakukan hal serupa pada lapangan-lapangan lain,” kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (10/1/2024).