Umat Islam sebagai Modal Penting dalam Transisi Energi Berkeadilan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com – Seiring meningkatnya perhatian pemerintah dan korporasi terhadap transisi energi di Indonesia, umat Islam dinilai memiliki potensi besar dalam mendukung perubahan ini secara berkeadilan. Hal ini disampaikan dalam acara MOSAIC TALK bertema “Transisi Energi dalam Perspektif Islam” yang diadakan di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada Sabtu (22/3).

Hening Parlan, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Pendiri Greenfaith, menegaskan bahwa umat Islam memiliki tanggung jawab sebagai khalifah fil ardh atau pemimpin di bumi.

“Data dari berbagai riset menunjukkan bahwa Muslim Indonesia percaya akan pentingnya menjaga dan merawat bumi sebagai wujud amanah dari Allah,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa transisi energi berkeadilan merupakan bentuk pengamalan ajaran Al-Qur’an yang menekankan prinsip keadilan.

Menurut Hening, umat Muslim perlu memulai inisiatif transisi energi untuk memulihkan bumi dari dampak eksploitasi energi fosil yang berlebihan.

“Kita harus bergerak dari energi fosil yang eksploitatif menuju pemanfaatan energi yang lebih adil dan seimbang. Dukungan kebijakan serta bantuan teknis sangat diperlukan agar inisiatif-inisiatif transisi energi ini bisa berkembang lebih luas,” jelasnya.

Agama sebagai Ruang Kampanye Transisi Energi

Anindita Satria, Vice President Energy Transition and Sustainability PLN, mengungkapkan bahwa ajaran agama dapat menjadi sarana efektif dalam kampanye transisi energi berkeadilan. “Ada banyak nilai dalam agama yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga bumi, seperti program Sedekah Energi dan Puasa Energi,” ujarnya.

Sebagai perusahaan energi, PLN mendukung komitmen pemerintah terhadap mitigasi perubahan iklim sesuai Perjanjian Paris.

“PLN akan terus mengimplementasikan berbagai inisiatif transisi energi guna mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia pada 2030 serta net zero emissions pada 2060,” tambahnya.

Strategi Pemerintah dalam Transisi Energi

Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi serta Wakil Ketua Satgas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau, menyoroti bahwa sektor pembangkit listrik saat ini masih menjadi pengguna energi fosil terbesar.

“Strategi utama pemerintah adalah membangun lebih banyak pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan, seperti tenaga surya, panas bumi, dan sumber lainnya,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa transisi energi tidak hanya harus berfokus pada pengguna, tetapi juga ekosistem industri.

“Kita ingin memastikan bahwa teknologi hijau yang kita gunakan tidak justru mengurangi lapangan pekerjaan,” katanya.

Sementara itu, Prof. Drs. Anwar Sanusi, MPA., Ph.D., Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, menekankan pentingnya pemetaan tenaga kerja dalam transisi energi untuk menghindari kesenjangan keterampilan dan ketidakadilan, seperti ketimpangan upah serta isu gender.

“Kita harus memastikan regulasi perlindungan sosial bagi pekerja, khususnya perempuan, agar transisi energi berkeadilan benar-benar membawa peningkatan keterampilan dan kesejahteraan,” jelasnya.

Kolaborasi Islam dan Aksi Lingkungan

MOSAIC TALK merupakan bagian dari Ramadan Festival: Islamic Philanthropy for Climate Action, sebuah inisiatif kolaborasi MOSAIC, Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (DPP UGM), dan Pares. Festival mini ini menggabungkan nilai-nilai Islam dengan aksi lingkungan melalui program seperti Sedekah Energi dan Hutan Wakaf.

Acara ini bertujuan mengajak komunitas Muslim untuk belajar, berkolaborasi, dan berkontribusi dalam dekarbonisasi serta keberlanjutan melalui talkshow, pertunjukan seni, dan aktivitas interaktif.

“Diskusi dalam Ramadan Festival: Islamic Philanthropy for Climate Action adalah salah satu upaya kami dalam menghubungkan nilai-nilai Islam dengan aksi nyata demi kemaslahatan masyarakat dan lingkungan,” ujar Abdul Gaffar Karim, Dewan Pembina MOSAIC sekaligus Kepala Departemen Politik dan Pemerintahan UGM.

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, transisi energi berkeadilan diharapkan dapat menjadi gerakan inklusif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk umat Islam, dalam menjaga kelestarian bumi.