Walau Harga Minyak Dunia Naik Eskalasi Konflik Iran-Israel, SKK Migas Pastikan Proyek Migas di Indonesia Jalan Terus

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan fluktuasi harga minyak dunia merupakan hal yang biasa dalam industri minyak dan gas dunia.

Ketika ada ‘shock’ dari kejadian Iran dan Israel berkonflik, mengakibatkan harga migas dunia naik.

“Investasi migas itu jangka panjang,dan tetap saja jalan rencana-rencana pengembangannya. Nah kalau harga minyak naik sekarang, kan pengembangan proyek migas butuh waktu 5 tahun baru jalan, ya tidak pengaruh juga kalau harga minyak naik sekarang.Belum relevanlah kalau dalam konteks itu,” kata Deputi Eksplorasi Pengembangan Dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara di sela-sela Halal Bihalal Kementerian ESDM, Selasa (16/04/2024), di Jakarta.

Benny bercerita, investasi proyek-proyek migas tetap saja berjalan sesuai rencana. Artinya, kendati harga minyak dunia naik, proyek yang dikerjakan oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas berjalan terus.

Dalam catatan ruangenergi.com, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan pemerintah masih menahan kenaikan harga BBM di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah yang berdampak pada gejolak harga minyak dunia.

“Sekarang kita tahan, sementara stok aman. Tetapi kita lihat perkembangannya ke depan, mudah-mudahan enggak ada eskalasi konflik Iran-Israel,” kata Arifin usai menghadiri rapat internal yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Arifin menjelaskan bahwa Presiden meminta adanya antisipasi untuk melihat skenario yang mungkin terjadi dari konflik tersebut.

“Di sisi lain kita juga sudah memperhitungkan kenaikan harga minyak dunia yang berimbas pada kompensasi dan subsidi BBM di dalam negeri,” ujarnya.

Menurtnya, subsidi BBM bisa membengkak sekitar Rp 3,5 triliun sampai Rp 4 triliun jika harga minyak dunia naik 1 dolar AS per barel. Perhitungan tersebut juga belum termasuk jika kurs rupiah melemah terhadap dolar.

“Kalau harga minyak naik 1 dolar, itu bisa naik sekitar 3,5 sampai 4 triliun untuk kompensasi dan subsidi. Belum lagi kalau rupiah tiap naik 1 dolar 100 rupiah juga cukup besar,” kata dia.