Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com— Di tengah gencarnya transisi energi global dan tingginya kebutuhan energi dalam negeri, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menegaskan komitmennya untuk terus menjaga pasokan energi nasional lewat inovasi teknologi.
Pesan ini mengemuka dalam acara “Kelas Hulu Migas 2025” bertema Revolusi Teknologi Hulu Migas Indonesia yang digelar di Universitas Pertahanan, Salemba, Jakarta.
Mengelola 24 persen wilayah kerja migas Indonesia dan menguasai 80 persen aktivitas pengeboran nasional, PHE menjadi salah satu tulang punggung pasokan energi Tanah Air. Dalam forum tersebut, Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio, dan Komersial PHE, Edi Karyanto, memaparkan bagaimana teknologi menjadi kunci mempertahankan produksi sekaligus mendukung energi rendah karbon.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan produksi dari aset yang sudah ada. Inovasi teknologi, eksplorasi agresif, dan efisiensi operasi adalah kuncinya,” ujar Edi.
Edi mengungkapkan sejumlah langkah strategis PHE, mulai dari optimalisasi aset, penerapan Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) dan metode EOR lainnya, pembangunan jaringan pipa dan program Beyond Pipeline berbasis LNG, hingga program dekarbonisasi seperti efisiensi energi, pemanfaatan gas buang, dan proyek Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) dengan kapasitas penyimpanan mencapai 7,3 gigaton CO₂.
Tak hanya itu, PHE juga melihat potensi besar pada gas, hidrogen, dan amonia biru sebagai energi masa depan yang lebih bersih. Saat ini, PHE berkontribusi 69 persen produksi minyak nasional dan 37 persen produksi gas nasional.
“Dengan teknologi yang kami terapkan, mulai dari CEOR, water flooding, hingga metode EOR lainnya, kami akan terus menjaga keberlanjutan produksi dan memastikan ketahanan energi nasional,” tegasnya.
Acara ini turut dihadiri perwakilan SKK Migas, civitas akademika Universitas Pertahanan, Masyarakat Ketahanan Energi Indonesia, dan para praktisi migas. Kehadirannya menjadi bukti komitmen PHE untuk tetap menjadi pelopor inovasi teknologi di sektor hulu migas, sekaligus motor penggerak ketahanan energi Indonesia di era transisi energi.