Jakarta, ruangenergi.com- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, lebih dari 50% penemuan sumur eksplorasi dalam 1 decade terakhir lebih banyak berupa gas.
SKK Migas juga mencatat rata-rata 70% Plan of Development
merupakan pengembangan lapangan gas.
“Berdasarkan BP Outlook 2021, Reserves to Production Gas
Indonesia 2 kali lebih besar dibandingkan minyak bumi,” kata Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rayendra Sidik saat berdiskusi dengan media, Rabu (06/12/2023), di Bekasi, Jawa Barat.
Rayendra membeberkan, pemanfaatan Gas untuk Domestik selama 10 tahun terakhir secara volume tidak mengalami peningkatan signifikan. Dia juga mengungkapkan, total lifting gas bumi tahun 2023 sampai dengan September tercatat di angka 5.488 BBTUD.
“Pasokan gas eksisting dan POD telah memperhitungkan Pasokan Tangguh, JTB, POD Masela dan IDD. Pasokan Undeveloped Discovery dan Eksplorasi pada WK Eksploitasi seperti WK Gebang Fase-2 (140 MMSCFD onstream 2028), WK Seram NonBula (pasokan 123 MMSCFD onstream 2029), kemudian potensi WK Eksplorasi berasal dari Andaman Cluster (pasokan 533 MMSCFD onstream 2029), WK East Ganal (pasokan 152 MMSCFD onstream 2028) dan WK North Ganal (pasokan 363 MMSCFD onstream 2029), WK Agung (pasokan 103 MMSCFD
onstream 2030),” beber Rayendra.
Dia juga menjelaskan, pertumbuhan demand Dalam Negeri
secara rata-rata per tahun dari 2023 – 2035 adalah 3,2%. Demand Smelter merupakan sebagian kecil dr kebutuhan energi smelter (sekitar 22 GW).
Demand Petrokimia dan Kilang Pertamina termasuk rencana pembangunan pabrik methanol bojonegoro, Petrokimia Bintuni
dan Petrokimia di Masela. Demand PLN termasuk kebutuhan gas
untuk proyek gasifikasi PLN.