Jakarta Selatan, Jakarta, ruangenergi.com- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, membawa kabar menggembirakan bagi para pelaku industri dan investor sektor energi nasional. Untuk pertama kalinya sejak 2009, Indonesia berhasil melampaui target lifting minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Per Rabu, 30 Juli 2025, lifting minyak nasional mencapai 608.000 barel per hari, menembus target APBN sebesar 605.000 barel per hari. Capaian ini menandai tonggak sejarah baru setelah bertahun-tahun produksi migas berada di bawah target. Lebih dari sekadar angka, keberhasilan ini menunjukkan hasil konkret dari berbagai reformasi dan percepatan investasi hulu migas, sekaligus memberikan sinyal positif menuju target produksi 900.000 barel per hari pada 2029-2030.
Namun di balik pencapaian tersebut, Bahlil menegaskan masih ada dua tantangan besar yang harus segera diatasi untuk mewujudkan ketahanan dan keadilan energi nasional:
- Ketergantungan Tinggi terhadap Impor LPG
Indonesia saat ini masih mengimpor sekitar 7 juta ton LPG per tahun, dari total kebutuhan 8,5 juta ton. Ketergantungan ini tidak hanya membebani neraca perdagangan, tapi juga membuat sektor energi domestik rentan terhadap fluktuasi harga global. - Kesenjangan Akses Listrik di Wilayah Terpencil
Sebanyak 5.700 desa dan 4.400 dusun di Indonesia masih belum teraliri listrik, dan sebagian besar masyarakatnya masih bergantung pada lampu pelita. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan besar dalam pemerataan energi.
Sebagai respons, pemerintah menyiapkan langkah strategis dan terukur:
- Pengembangan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk menggantikan LPG impor secara bertahap. Ini menjadi salah satu prioritas investasi nasional, membuka peluang bagi investor dalam rantai nilai energi berbasis batubara.
- Percepatan pembangunan infrastruktur kelistrikan di wilayah tertinggal, termasuk melalui skema investasi publik-swasta dan optimalisasi energi terbarukan.
“Sebagai anak desa yang besar dengan lampu pelita, saya tahu betul arti pentingnya listrik. Ini bukan hanya soal terang, tapi tentang masa depan generasi bangsa,” ujar Bahlil dengan semangat.
Dia menegaskan, pemerataan akses energi bukan sekadar program, tapi misi pembangunan jangka panjang yang memerlukan dukungan penuh dari investor, BUMN, dan sektor swasta.
Catatan untuk Investor:
Capaian lifting ini menjadi sinyal bahwa iklim investasi hulu migas Indonesia mulai membaik, didorong oleh kebijakan yang lebih akomodatif, reformasi perizinan, dan dukungan fiskal. Di sisi hilir, hilirisasi batubara dan elektrifikasi desa membuka ruang luas bagi investasi infrastruktur, teknologi, dan kemitraan jangka panjang. Pemerintah menunjukkan komitmen kuat dalam mengurangi ketergantungan impor dan memperluas basis energi domestik.