Jakarta Selatan, Jakarta, ruangenergi.com — Aceh kini mencuri perhatian investor energi global. Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) resmi membuka peluang investasi hulu migas dan pengembangan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) di wilayah yang strategis di jalur perdagangan internasional Selat Malaka.
Wilayah kerja migas di Aceh menyimpan sejarah panjang eksplorasi sejak abad ke-19, mulai dari Telaga Said (1885) hingga Rantau Field (1929). Kini, dengan data subsurface yang relatif lengkap dan akses gratis ke peta potensi energi melalui One Map ESDM, BPMA menyakini North Sumatra Basin (NSB) masih menyimpan “harta karun” hidrokarbon.
“Dibandingkan Cekungan Sumatra Tengah dan Selatan, NSB justru menyimpan peluang sukses lebih tinggi karena masih banyak wilayah belum tergarap, terutama laut dalam di kawasan Andaman,” kata Kepala BPMA Nasri dalam Forum Migas Tempo, di Hotel Raffles, Kamis (2008/2025), di Jakarta.
Selain peluang eksplorasi, Aceh juga mengusung konsep investasi energi berkelanjutan. Dengan infrastruktur LNG Arun yang bisa diadaptasi, jaringan pipa eksisting, serta sumur migas tua yang bisa disulap jadi sumur injeksi CO₂, Aceh berpotensi menjadi hub CCS/CCUS terbesar kedua di Indonesia. Hal ini sejalan dengan regulasi terbaru pemerintah (Perpres No. 14/2024) yang memberi insentif pajak, percepatan perizinan, dan jaminan kepastian hukum bagi investor.
Kelebihan lain Aceh adalah letaknya yang strategis di gerbang Asia. Krueng Geukuh Port di Lhokseumawe, bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus Arun, siap mendukung ekspor-impor energi, termasuk potensi pengiriman blue hydrogen dan amonia.
“Ini bukan sekadar investasi migas, tapi pintu masuk menuju masa depan energi rendah karbon. Aceh bukan hanya titik produksi, tapi gateway Asia menuju ekonomi hijau,” tegas Nasri dalam pemaparan resminya.
Dengan peluang di sektor eksplorasi migas, CCS/CCUS, hingga pengembangan industri blue hydrogen, Aceh menjelma sebagai destinasi baru investasi energi yang menjanjikan. Investor internasional kini menatap Aceh bukan sekadar sebagai wilayah penghasil migas, melainkan simpul strategis energi Asia di masa depan.