YLKI: PLTU Harus Beri Insentif ke Warga Terdampak FABA

Jakarta, Ruangenergi.com – Ketua YLKI Tulus Abadi mengusulkan kepada pihak industri khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk memberikan insentif kepada warga terdampak FABA di sekitar PLTU atau industri pengguna batubara lainnya.

“Penggunaan batubara sebagai bahan baku industri atau energi fosil lainnya akan selalu meninggalkan dampak negatif bagi lingkungan. Dampak ini yang harus terus ditekan semaksimal mungkin,” kata Tulus dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Ruang Energi.com, Rabu (14/4/2021).

Menurut Tukus, pemberian insentif bagi warga sekitar industri termasuk PLTU adalah sesuatu yang mendesak unuk dilakukan. “Apalagi selama ini mereka menerima dampak negatif langsung dari pebakaran batubara, apalagi jika volumenya sangat besar,” papar Tulus.

Lebih jauh, Tulus mengatakan, penggunaan batuara di PLTU seperti disampaikan Dirjen Ketenalistrikan Rida Mulyana juga akan menurunkan biaya pokok produksi (BPP) listrik.

“Konsekuensinya, jika BPP listrik turun seharusnya tarif listrik ke konsumen juga diturunkan,” cetusnya.

Tapi anehnya menurut dia, kini Pemerintah justru berwacana untuk menaikkan tarif listrik pada kuartal IV tahun 202.

“Pemerintah harus fair dong. Kalau BPP listrik turun, seharusnya tarif listrik juga turun, bukan sebaliknya akan dinaikkan,” tutup Tulus.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan,  pemanfaatan FABA atau abu pembakaran batubara menjadi komoditas lain memang bernilai ekonomi tinggi. Namun pihaknya juga mendesaak industri termasuk PLTU  agar mulai beralih menggunakan energi baru terbarukan (EBT) yang melimpah di Indonesia maupun teknologi ramah lingkungan lainnya.

Menurut dia, trend dunia saat ini sudah mulai beralih menggunakan EBT.  Energi ini mudah diperoleh di Indonesia, dan bisa diberdayakan dari berbagai bahan baku yang melimpah diantaranya air, ingin,  panas bumi, biogas dan lainnya.

“Untuk pembangunan yang berkelanjutkan dan demi masa depan anak-anak mendatang, maka penggunaan EBT sangat mendesak dilakukan,” tukasnya.

Terkait pembakaran batubara di Indonesia baik di PLTU atau sektor industri yang lain, menurut Surya, selain menghasilkan abu juga meninggalkan emisi gas buang atau karbon yang mencemari udara.

“Nilai tambah yang besar bisa dihasilkan dari pengolahan FABA. Sebab selain menyerap tenaga kerja baru, FABA juga berpotensi menciptakan nilai tambah besar, yang bahkan bisa mencapai Rp 4.1 triliun per tahun. Hanya saja dampak negatif dari emisi gas buang juga sangat negatif,” tutup Surya.(SF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *