Yuk Pelajari! Potensi Mineral Kritis Sebagai Bahan Baku Industri Masa Kini dan Masa Depan Indonesia

Jakarta, ruangenergi.com- Mineral sangat berpengaruh pada suksesi hilirisasi dan transisi energi di Indonesia.

Mineral kritis memiliki peran penting dalam rencana transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan. Logam tanah jarang dan logam kritikal lainnya merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai listrik, komponen sel surya dan teknologi energi tenaga angin, dua teknologi energi terbarukan yang paling banyak diadopsi.

Namun, mineral kritis memiliki peluang besar untuk terhambat pasokannya karena hanya beberapa Negara yang memiliki deposit dalam jumlah yang ekonomis untuk dimanfaatkan. Dengan adanya peran pemerintah yang aktif dan tepat, fakta tersebut justru dapat menjadi peluang Indonesia untuk mengambil inisiatif yang akan menguatkan posisinya dalam arena geopolitis terkait energi terbarukan.

“Saat ini dunia sedang berada di tengah-tengah krisis energi, namun di sisi lain, kondisi saat ini dapat menjadi titik balik tranisisi energi karena sejarah membuktikan dengan terjadinya krisis energi mendorong implementasi efisiensi energi dan pengembangan energi nuklir. Terdapat beberapa faktor penggerak menuju energi bersih, antara lain: perubahan iklim, keamanan nasional, dan krisis ekonomi. Oleh karena itu, tantangan kita saat ini adalah beberapa bahan baku energi bersih didominasi oleh sejumlah negara, sebagai contoh bahan baku photovoltaik 80% berasal dari China, lalu beberapa mineral kritis seperti Litihum dan Cobalt 75% kebutuhan global dipenuhi hanya oleh 3 negara,” kata Koordinator Penyelidikan Mineral Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi, Badan Geologi Kementerian ESDM, Moehamad Awaludin dalam bincang santai bersama ruangenergi.com, Senin (16/10/2023) di Jakarta.

Awal bercerita, setiap negara memiliki daftar “mineral kritis” yang beberapa memiliki perbedaan. Perbedaan ini ditentukan oleh geopolitik dan ekonomi terutama risiko supply, dan nilai penting mineral (bagi kepentingan strategis, teknologi dan ekonomi) dari masing-masing perspektif negara. Daftar mineral kritis ini menjadi prioritas pengelolaan mineral dan menjadi basis dari perencanaan strategis dari masing-masing negara.

Menurut dia, updating list dimungkinkan mempertimbangkan utamanya perubahan geopolitik dan teknologi. Indonesia telah menentukan daftar “mineral kritis” sebanyak 47 komoditas melalui Kepmen Nomor 296.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Penetapan Jenis Komoditas yang Tergolong dalam Klasifikasi Mineral Kritis dengan mempertimbangkan arah pengembangan industri dan “advantage” potensi mineral yang dimiliki.

“Ini sebagai bahan acuan dalam perumusan kebijakan pengelolaan mineral kritis di Indonesia dalam mengurangi resiko pengusahaannya, dalam kaitan dengan tusi (tugas fungsi) Badan Geologi ini adalah upaya mendorong peningkatan penyelidikan mineral kritis,”papar Awaludin.

Indonesia,lanjut Awaludin, memiliki peluang dalam pengembangan industri EBT dan teknologi maju yang bernilai ekonomis dalam 20 tahun ke depan.

Mineral Kritis sebagai salah satu bahan baku yang menjadi key point dalam pengembangan industri teknologi maju. Pengembangan industri teknologi maju perlu didukung oleh bahan baku yang terukur sumber daya hingga cadangannya untuk menjamin keberlangsungan investasi industri teknologi maju. Saat ini eksplorasi Mineral Logam tanah Jarang dan Mineral Kritis di Indonesia masih belum optimal.

Dalam rangka Pemutakhiran Data Sumber Daya Mineral Kritis dan Strategis dan sesuai tugas dan fungsinya Badan Geologi perlu mengambil langkah strategis bagi keberlangsungan industri EBT dan teknologi tinggi, yakni: Peningkatan Penyelidikan dan Eksplorasi Mineral Kritis dam Strategis untuk 5 s.d. 10 Tahun ke depan sebagai bentuk dukungan terhadap transisi Energi, Industri EBT dan industri teknologi tinggi.

“Rencana aksi program percepatan eksplorasi Mineral Kritis tersebut perlu dilakukan untuk mengungkap sumber daya tuntuk mendukung transisi energy dan pengembangan industri teknologi maju. Mineral terkait energi bersih dan transisi energy lainnya terdiri dari mineral utama (Bauksit/Aluminium, Nikel, Timah, Besi, Tembaga, Mangan, Galena dll) dan mineral ikutannya (REE, Kobal, Titanium, Vanadium, Galium, Indium, dll). Beberapa merupakan mineral bukan logam seperti Grafit, dan silikon yang berasal dari kuarsit dan pasirkuarsa,”papar Awaludin.

Awaludin menambahkan, Indonesia dikenal sebagai pemain penting dalam Industri EBT dan baterai listrik, salah satunya Indonesia adalah pemilik cadangan nikel terbesar di dunia dengan total sumber daya Bijih Nikel 17,3 M Ton, total Cadangan Bijih Nikel 5,08 M Ton serta produksinya sekitar 100 juta ton per tahun dan mempunyai cadangan penting mineral lain seperti aluminum, tembaga, cobal dan mangan.

“Beberapa mineral yang dimiliki oleh Indonesia memiliki peran penting untuk rencana jangka panjang Industri di Indonesia, baik untuk industri baterai Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai(KBLBB), industri pertahanan maupun transisi energi untuk mencapai target net zero emission (NZE) yang sedang diupayakan oleh Indonesia,”tuturnya menambahkan.

Badan Geologi, jelas Awaludin, terkait transisi energi ikut berperan dalam eksplorasi sumber daya mineral energi termasuk mineral kritis Terutama Indonesia sebagai Negara yang memeliki beberapa sumber daya dan cadangan mineral kritis yang penting baik secara regional maupun global.

Strategi ini memiliki peran penting untuk rencana jangka panjang Industri di Indonesia, baik untuk industri baterai Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), industri pertahanan maupun transisi energi untuk mencapai target net zero emission (NZE) yang sedang diupayakan oleh Indonesia.

Potensi Mineral Kritis di Indonesia berasosiasi dengan batuan-batuan : – Granitik : REE (Lantanida) – Vulkanik felsik : REE (Lantanida), Vanadium, Galium – Ultrabasa : Nikel, Kobal, Kromium, Skandium, PGM – Pasir besi : Vanadium. Konsentrasi mineral kritis yang berasosiasi batuan Ultrabasa ini dipengaruhi oleh komposisi batuan asal dan intensitas lateritisasi.

Penyebaran Nikel ini di Indonesia Sebagian besar di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan serta Maluku . Untuk Mineral Kritis yang berasosiasi dengan Batuan Granitik dominan berada di Daerah Tikus (Belitung) merupakan contoh endapan Sn-W primer pada batuan granit di Belitung. Selain itu Logam tanah jarang juga terdapat yang berasosiasi batuan granitik dan vulkanik felsik yakni Endapan REE regolit yang dikenal juga sebagai REE hasil ion-adsorption.

“Mineral Kritis yang berasosiasi dengan batuan Felsik yakni Endapan Bauksit. Dan terdapat juga mineral kritis yang berasosiasi dengan endapan Pasir Besi. Hasil pelapukan-transportasi-pengendapan material asal batuan intrusi mafik. Magnetit, ilmenite pembawa Fe, Titanium (Ti) dan Vanadium (V),”jelas Awaludin.

Dalam RPJMN 2020-2024 memiliki 7 Agenda Pembangunan, salah satunya terkait: Agenda pembangunan 1, yakni: Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas. Berdasarkan Renstra Badan Geologi tahun 2020–2024, program kegiatan Badan Geologi salah satunya berkontribusi untuk mendukung Agenda Pembangunan 1 , terutama untuk kebijakan peningkatan nilai tambah ekonomi yang dilakukan oleh Badan Geologi berupa mendukung peningkatan nilai tambah mineral melalui pemutakhiran neraca sumber daya dan cadangan mineral dan untuk fasilitasi percepatan hilirisasi mineral skala kecil dan pembangunan smelter.

Untuk itu kegiatan eksplorasi dan evaluasi mineral di Badan Geologi saat ini difokuskan pada tiga sasaran, yakni :
1. Eksplorasi Mineral Strategis untuk mendukung penyediaan bahan baku untuk pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri
2. Ekplorasi mineral kritis termasuk Logam Tanah Jarang (LTJ) untuk pengembangan industri teknologi tinggi (high-tech metals) dan ketersediaan energi ramah lingkungan (energy metals).
3. Eksplorasi mineral bukan logam diperlukan untuk mendukung Industri EBT dan mendukung pengembangan agroindustry.

Mineral yang dibutuhkan dalam industri energi bersih (energi surya, angin dan kendaraan listrik) antara lain :
1. Mineral Logam: Bauksit/Aluminium, Nikel, Timah, Besi, Tembaga, Mangan, Galena dan mineral ikutannya (REE, Kobal, Titanium, Vanadium, Galium, Indium, dll).
2. Mineral bukan logam: Grafit, dan silikon yang berasal dari kuarsit dan pasir kuarsa

Strategi dalam peningkatan Eksplorasi mineral kritis dan strategis lainnya dikaitkan dengan masih kurangnya data mineral dalam Jalur metalogeni Indonesia dimana terdapat 15 jalur, dengan total panjang 15.000 km. Sebagai contoh dari seluas batuan pembawa nikel (Ultramafik) = ±2.776.00 ha, baru sekitar 794.612,25 ha yang merupakan konsesi Nikel.

Dikaitkan dengan TUSI penyelidkan dan evaluasi potensi mineral, Badan Geologi mempunyai tugas: penyiapan “Green Area” (Wilayah prospek dan wilayah penugasan/pengusahaan mineral (WIUP, WIUPK, WPR,WPN)), Pengelolaan Basis Data dan Neraca Sumber Daya & Cadangan dan Dukungan PNT Mineral/Karakterisasi dan kegiatan menjawab isu strategis global/nasional.

“Strategi dalam percepatan eksplorasi mineral kritis dan strategis antara lain pemilihan komoditi mineral kritis dan strategis, melakukan karakterisasi bijih untuk optimalisasi ekstraksi mineral ikutan (Total Eksploration), target eksplorasi baru diperluas, scoring wilayah prospek untuk menentukan prioritas target eksplorasi mineral, peningkatan kualitas eksplorasi dan hasil evaluasi, Peningkatan anggaran penyelidikan mineral dan penggunaan peralatan eksplorasi, lab & IT yang lebih modern,”pungkas Awaludin mengakhir bincang santainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *