Nafas Baru Lapangan Tua: Jurus Jitu PHE Genjot Produksi Lewat Teknologi ‘Rigless’ dan Digitalisasi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com– Di industri hulu minyak dan gas bumi (migas), usia lapangan adalah musuh alami. Semakin tua umur sumur, semakin merosot tekanan reservoirnya, dan semakin sulit minyak untuk ditarik ke permukaan. Namun, bagi PT Pertamina Hulu Energi (PHE), lapangan-lapangan sepuh alias mature ini justru menjadi medan pertempuran utama yang menolak untuk menyerah.

Sebagai Subholding Upstream Pertamina, PHE kini tengah memainkan strategi “melawan takdir” penurunan produksi alami. Bukan dengan sihir, melainkan dengan paduan Asset Integrity Management, digitalisasi, dan inovasi teknologi tepat guna.

Tulang Punggung Energi Nasional

Corporate Secretary PHE, Hermansyah Y Nasroen, mengungkapkan fakta krusial: denyut nadi energi Indonesia masih sangat bergantung pada lapangan-lapangan tua ini.

“Sebagian besar produksi minyak nasional berasal dari lapangan-lapangan mature yang kami kelola di berbagai wilayah Indonesia. Tantangan utamanya adalah bagaimana mempertahankan tingkat produksi di tengah kondisi reservoir yang menurun secara alami,” ujar Hermansyah.

Hingga Triwulan III 2025, strategi merawat lapangan tua ini terbukti ampuh. PHE mencatatkan produksi minyak sebesar 553 ribu barel per hari (MBOPD) dan gas 2,83 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD). Angka ini didapat dari kesibukan luar biasa di lapangan: 28.507 kegiatan intervensi sumur, 969 workover, dan penyelesaian 661 sumur pengembangan.

“Kami menggunakan pendekatan konvensional dan modern, termasuk penerapan digital intelligence untuk memantau performa sumur dan fasilitas produksi secara real time sehingga proses optimasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat,” tambahnya.

Namun, Hermansyah menekankan bahwa teknologi secanggih apa pun hanya akan menjadi besi tua tanpa sentuhan manusia yang kompeten.

“Faktor manusia tetap menjadi kunci. Kami terus mengembangkan kapabilitas pekerja, baik senior maupun generasi baru, agar adaptif,” tegasnya.

Kisah Sukses dari Kalimantan: Kecil, Ringkas, Bertenaga

Bukti nyata keberhasilan strategi ini terlihat jelas di Kalimantan Timur, tepatnya di Wilayah Kerja (WK) Sanga Sanga yang dikelola PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS). Di sini, para insinyur Pertamina berhasil menerapkan sebuah terobosan bernama Through-Tubing Electric Submersible Pump (TTESP).

Wilayah ini memiliki karakteristik unik: lapangan tua dengan pipa-pipa produksi berukuran kecil (di bawah 3 inci). Metode pengangkatan minyak konvensional seringkali terbentur masalah biaya dan teknis.

Manager PHSS Field, Iva Kurnia Mahardi, menjelaskan bahwa inovasi TTESP adalah solusi cerdas untuk masalah tersebut. Alat ini adalah pompa listrik berukuran sangat ringkas yang bisa dimasukkan langsung ke dalam pipa produksi tanpa perlu menggunakan rig besar (rigless).

“Menjawab tantangan tersebut, PHSS mengembangkan TTESP… tanpa memerlukan workover rig melainkan cukup menggunakan alat sejenis spooler unit,” jelas Iva.

Lonjakan Produksi 150 Persen

Dampaknya pun tidak main-main. Sejak diterapkan mulai 2023 hingga sekarang di lapangan Mutiara, Pamaguan, dan Beras, teknologi ini sukses menyulap sumur-sumur yang nyaris “lelah” menjadi produktif kembali.

Rata-rata produksi harian sumur melonjak dari 60 barel minyak per hari (bopd) menjadi 150 bopd.

“Teknologi ini tidak hanya meningkatkan stabilitas produksi, tetapi juga mampu menaikkan produksi sumur minyak hingga 150 persen,” ungkap Iva.

Selain lonjakan produksi, efisiensi waktu dan biaya adalah keunggulan utama TTESP. Instalasi yang biasanya memakan waktu lama dan biaya besar dengan rig konvensional, kini bisa diselesaikan hanya dalam satu hari kerja. Potensi tambahan pendapatan (revenue) dari inovasi ini bahkan diperkirakan mencapai USD 32 juta.

Inovasi “si kecil cabe rawit” ini telah mendapatkan pengakuan global. TTESP menyabet lebih dari tujuh penghargaan nasional dan internasional, termasuk Jury Prize dari China Association of Invention pada tahun 2025.

Bagi PHE, keberhasilan di Sanga Sanga adalah model yang bisa direplikasi. Ini adalah bukti bahwa dengan sinergi teknologi dan SDM yang unggul, target pemerintah untuk mencapai produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030 bukanlah mimpi di siang bolong, melainkan target yang bisa dicapai—satu sumur mature demi satu sumur.