Jakarta, Ruangenergi.com – Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menyebut International Energy Agency (IEA) telah meluncurkan konsep transisi energi dalam mencapai Zero Emission pada 2050 mendatang.
Menurut, Ketua Umum Meti, Surya Darma, hal ini akan menjadi acuan bagi banyak negara untuk juga membuat sebuah peta jalan menuju karbon netral pada tahun 2050.
“IEA, kemarin baru saja meluncurkan sebuah konsep yang lebih konkret terhadap Net Zero Emision pada tahun 2050,” kata Surya, kepada Ruangenergi.com (19/05).
Ia menambahkan, bagi Indonesia yang sekarang bertumpu lebih dari 63% listrik pada batubara, kemudian sekitar 24% pada migas dan hanya sekitar 13% pada energi terbarukan akan menghadapi berbagai tantangan untuk mewujudkannya.
“Karbon netral berarti harus seimbang antara yang dihasilkan dengan yang menyerap karbon,” tuturnya.
“Jika mayoritas hanya menghasilkan sedang yang menyerap relatif sangat kecil, pasti sulit mewujudkan karbon netral. Karena itulah, upaya percepatan pemanfaatan energi terbarukan adalah sebuah keharusan,” terang Surya.
Karena itu, Ia meminta, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ada baiknya mulai menata ulang program pemanfaatan energi Indonesia agar ada road map menuju carbon neutrality.
Menurutnya, Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang sekarang ada, dengan target ET 31% tahun 2050 itu minimal yang dituju. Akan tetapi, katanya, belum cukup untuk memenuhi karbon netral, sehingga perlu adanya tambahan target.
“Karena itu METI mengusulkan ada inisiatif ET 50% pada tahun 2050. Dengan target ini akan ada penurunan penggunaan energi yang menghasilkan karbon lebih banyak seperti batubara akan berkurang,” paparnya.
Lebih jauh, ia mengatakan, perlu adanya reorientasi pemanfaatan energi fosil.
“Mengingat ketergantungan Indonesia pada sumberdaya alam sebagai penghasil devisa, maka bisa dimanfaatkan secara optimum. Perlu ada reorientasi pemanfaatan energi fosil selain untuk energi dan listrik,” tandasnya.