Jakarta, Ruangenergi.com – Tren migas secara global dan kebijakan pemerintah serta kemampuan teknis, mendorong Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menghasilkan produksi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) gas pada 2030.
Itu salah satu topik pembahasan dalam acara Upstream Oil & Gas Executive Briefing yang diselenggarakan oleh SKK Migas bersama IHS Markit beberapa waktu lalu secara virtual.
Sebagaimana diketahui, IHS Markit adalah suatu lembaga market research yang menyediakan informasi serta analisa data migas secara global. Pasalnya, acara yang dibuka Menteri ESDM, Arifin Tasrif, juga menghadirkan pembicara Vice Chairman IHS Markit, Daniel Yergin.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dalam sambutannya mengatakan, acara ini terselenggara atas kerjasama IHS Markit dengan Indonesia Oil and Gas Institute (IOGI) yang merupakan center of excellence SKK Migas dan dihadiri oleh para KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama).
“Kami berharap acara ini dapat memberikan pengetahuan terkait tren migas global yang akan berdampak pada strategi SKK Migas saat ini dan kedepan untuk mengejar target jangka pendek dan jangka panjang,” ungkap Dwi, (02/08).
Menurut Dwi, acara ini juga merupakan bagian dari membangun kesepahaman tentang perkembangan hulu migas. Sehingga akan lebih memperkuat kebersamaan dan kolaborasi SKK Migas dan KKKS untuk mengawal target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD gas.
Ia menambahkan, tahun lalu SKK Migas telah meluncurkan IOG 4.0 sebagai rencana strategis untuk mencapai visi jangka panjangnya yaitu produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD gas pada tahun 2030, meningkatkan efek berganda, serta menjamin kelestarian lingkungan.
“Rencana ini terdiri dari 10 pilar dan enabler, 22 program utama, dan lebih dari 200 rencana aksi yang perlu disesuaikan dengan tren global seperti isu perubahan iklim dan lingkungan, pandemi Covid-19, serta beberapa isu tren global lainnya. Oleh karena itu, SKK Migas ingin mendapatkan input tentang tren global yang mungkin mempengaruhi rencana strategis kami,” jelas Dwi.
Ia melanjutkan, guna meningkatkan daya saing antar negara dalam hal mendapatkan investasi migas, pihaknya bersama Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan telah merumuskan opsi kebijakan fiskal untuk memperbaiki iklim investasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
“Selain itu untuk lebih meningkatkan daya saing di era transisi energi, kami juga mengembangkan program inisiatif rendah karbon seperti program reboisasi, program zero flaring dan juga CCUS (carbon capture, utilization, and storage) atau penangkapan dan penyimpanan karbon harus diterapkan,” terang Dwi.
Sementara Menteri ESDM, Arifin Tasrif menyambut baik atas terselenggaranya acara ini.
“Apresiasi kami ucapkan kepada SKK Migas dan IHS Markit yang telah menyelenggarakan acara ini, melalui acara ini kami harapkan ada hal-hal yang dapat mendorong kegiatan bisnis hulu migas Indonesia, karena saat ini Indonesia masih menghadapi Pandemi Covid-19 yang berdampak pada ekonomi dan target dari sektor migas,” ungkap Arifin.
Sementara itu, Vice Chairman IHS Markit, Daniel Yergin, yang menjadi narasumber mengungkapkan bahwa SKK Migas akan memegang peranan penting dalam rangka mencapai target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD gas.
“Saat ini, bukan hanya tersedianya sumber daya alam di bawah tanah namun juga kebijakan pemerintah memainkan peranan untuk mencapai target tersebut,” kata Daniel.
Menurutnya, kebijakan fiskal dan kebijakan operasional yang diberikan pemerintah akan sangat berpengaruh terhadap target Indonesia.
“Saat ini bukan oil company yang bersaing satu dan lainnya, namun negara-negara yang bersaing untuk mendapatkan investasi,” beber Daniel.