PGE

Perjalanan Panjang Mengelola Panas Bumi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.comPT Pertamina Geothermal Energy (PGE) memiliki visi untuk menjadi perusahaan Word Class Green Company pada 2030, pada 2020 menjadi Leading Gethermal Company in Indonesia, di 2025 menjadi Word Class Geothermal Energy Company.

Sementara misinya yakni “Menjadi flag carrier pengembangan energi baru dan terbarukan untuk Pertamina dan Indonesia”.

Dalam sebuah dokumen yang diterima Ruangenergi.com, berjudul “Merawat Bumi Menerangi Negeri, Perjalanan 46 Tahun Pertamina Geotermal”, Direksi PGE mengatakan, sejarah Panjang pengelolaan geothermal alias panas bumi di Indonesia berawal dari zaman masa penjajahan kolonial Belanda.

Kala itu, aktivitas ahli Belanda mengebor sumur panas bumi di Kamojang, Jawa Barat dan berhasil menyemburkan uap panas bumi pada 1926. Namun, keberhasilan tersebut bukanlah akhir sejarah pengebangan panas bumi di Indonesia, melainkan awal dari pengembangan.

Ya, benar. Yang namanya awal memang paling sulit untuk dimulainya, butuh keberanian untuk melangkahkan kaki, banyak faktor yang menghambatnya. Bagaimana nanti?, bagaimana kalau begini?, bagaimana kalau begitu?, dan masih banyak lagi.

Di mana terjadi great depression di negeri Paman Sam yang berimbas pada jatuhnya ekonomi dunia pada waktu itu. Kemudian di susul dengan terjadinya Perang Dunia II yang menjadikan perhatian, sehingga pengembangan panas bumi terlupakan. Pengembangan yang terlupakan hingga Indonesia mendeklasaikan kemerdekaannya (17 Agustus 1945).

Selanjutnya, pengembangan panas bumi kembali dilakukan pada tahun 1960-an dilakukan oleh peneliti dalam dan luar negeri. Mereka berkolaborasi bersama untuk mencari sumber-sumber energi yang berasal dari panas bumi.

Pada 1947, Pertamina diberikan tugas untuk melakukan survei geothermal di Pulau Jawa. Pasalnya penunjukkan Pertamina mengejutkan semua pihak, lantaran waktu dilakukannya penelitian mencari sumber energi panas bumi Pertamina tidak terlibat di dalamnya.

Pihak Pertamina dengan sigap menerima penugasan tersebut. Menurut Pertamina hal tersebut merupakan tantangan untuknya dalam menemukan sumber-sumber energi panas bumi.

Menjawab hal tersebut, Pertamina langsung membentuk divisi baru yakni Divisi Panas Bumi.

Seiring berjalannya waktu, Divisi Panas Bumi menjadi perushaan yang khusus dibentuk untuk pengembangan panas bumi yaitu PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Sementara, Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia CEO Subholding Power & New Renewable Energy PT Pertamina (Persero), Heru Setiawan, dalam sambutannya mengatakan, panas bumi sebagai lokomotif pengembangan energi terbarukan di Pertamina, akan terus bergerak dan melakukan eksplorasi untuk menghasilkan energi bersih bagi masyarakat.

“Perjalanan pengelolaan panas bumi oleh Pertamina melalui PGE selama 46 tahun membuktikan bahwa panas bumi merupakan salah satu andalan dalam pengembangan energi nasional,” jelasnya sebagaimana dikutip dalam dokumen tersebut.

Ia mengungkapkan, peta energi dunia akan berubah pada 2050 mendatang. Di mana, pada tahun tersebut persentase penggunaan bahan bakar fosil akan turun dua per tiga dari kondisi saat ini. Di saat bersamaan, energi terbarukan akan memiliki peran yang semakin strategis.

Energi terbarukan pun kini dipandang sebagai solusi utama dan menjadi pendorong perubahan terbesar dalam transformasi energi global.

Merespons transformasi energi tersebut, PT Pertamina (Persero) telah melakukan restrukturisasi organisasi secara signifikan dengan skema holding dan sub-holding.

Ada enam sub-holding dalam struktur baru, di antaranya : Power & New Renewable Energy; Upstream, Refining & Petrochemical; Commercial & Trading; Shipping Company; dan Gas. Saat ini, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) tergabung ke dalam sub-holding Power &

New Renewable Energy bersama dengan bisnis energi terbarukan lainnya yang dipimpin oleh PT Pertamina Power Indonesia (PPI).

“Pertamina akan memanfaatkan momentum normal baru, yang menuntut Pertamina melakukan bisnis dengan cara baru untuk mendapatkan hasil terbaik. Perubahan organisasi ini memperluas portofolio bisnis Pertamina di masa depan. Hal tersebut juga menggerakkan perkembangan bisnis di luar rantai nilai energi konvensional, seperti energi terbarukan, biofuel, dan teknologi digital,” ungkapnya.

Total kapasitas PLTP yang dikelola oleh PGE dan mitra adalah sebesar 1.887 MW, adapun WKP tersebut di antaranya :

  • WKP Kamojang Drajat, Jawa Barat, kapasitas 235 Megawatt (MW), yang terdiri dari Unit I-V.
  • WKP Lahendong, Sulawesi Utara, 120 MW; yang terdiri dari Unit I-VI.
  • WKP Gunung Sibayak-Gunung Sinabung, Sumatera Utara, kapasitas 12 MW, yang terdiri dari Unit I dan II, serta Monoblok.
  • WKP Gunung Way Panas, Lampung, kapasitas 220 MW, yang terdiri dari Unit I-IV.
  • WKP Area Karaha Bodas, Jawa Barat, kapasitas 30 MW, yang terdiri dari Unit I saja.
  • WKP Lumut Balai dan Margabayur, Sumatera Selatan, kapasitas 55 MW, yang terdiri dari Unit I saja.