Jakarta,ruangenergi.com-Pemerintah Provinsi Aceh dan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) sedang berusaha keras untuk dapat mewujudkan tumbuhnya investasi minyak dan gas (migas) melalui lelang wilayah kerja migas Offshore North West Aceh dan Offshore South West Aceh.
Lelang yang digelar Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Ditjen Migas KESDM) untuk 2 (dua) Wilayah Kerja (WK) Migas tersebut, kini dibidik oleh Frontier Point Ltd dan Conrad Petroleum Ltd.
“Saat ini Frontier Point Ltd. dan Conrad Petroleum Ltd. sedang menunggu Offshore North West Aceh dan Offshore South West Aceh agar kedua wilayah tersebut, pada kesempatan pertama, dapat segera masuk ke dalam Lelang Wilayah Kerja Migas tahun 2022 ini. Saat ini, Pemerintah Daerah Provinsi Aceh bersama-sama dengan DPRA sedang berusaha keras untuk dapat mewujudkan hal tersebut sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan investasi di dalam bidang migas,” kata Kepala BPMA Teuku Moh.Faisal kepada ruangenergi.com,Kamis (24/02/2022) di Jakarta.
Dalam catatan ruangenergi.com,berdasarkan hasil dari joint study assessment (JSA) yang dilakukan perusahaan migas asal Singapura, Conrad Petroleum, menggandeng Universitas Pembangunan Nasional Veteran dan Frontier Point Ltd dengan menggandeng Universitas Trisakti, disebutkan bahwa Aceh berpeluang mendapatkan sumber baru migas.
Dua sumber migas baru tersebut didapatkan dari Blok Singkil dan Blok Meulaboh di perairan pantai barat-selatan Aceh. Total potensi di Blok Singkil dengan asumsi P50 adalah sebesar 296 miliar kaki kubik gas (BCF). Sementara Blok Meulaboh memiliki potensi Minyak Bumi dengan asumsi P50 sebesar 192 juta barel minyak (MMBO) dan potensi gas dengan asumsi yang sama sebesar 1,1 triliun kaki kubik gas (TCF) yang ditangani oleh Frontier Point Ltd.
Berdasarkan hasil studi bersama tersebut, potensi hidrokarbon diyakini berada pada Wilayah Kerja Offshore South West Aceh (Blok Singkil) dengan luas area kerja sebesar 8200 km2 dan Offshore North West Aceh (Blok Meulaboh) seluas area 9200 km2, dengan risiko geologi rata-rata moderate to high risk khususnya di keberadaan source rock.