Batubara

APBI: Batubara Tetap Jadi Sumber Energi yang Paling Diandalkan Menjaga Ketahanan Energi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com– Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, negara-negara dunia dapat memperoleh keuntungan mencapai US$ 77,89 triliun  jika menghentikan penggunaan batubara.

Penghentian penggunaan batu bara dinilai menjadi cara yang efisien secara ekonomi untuk memulai transisi energi.

“Keuntungan ini menunjukkan peningkatan sekitar 1,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia saat ini setiap tahun hingga 2100,” demikian tertulis dalam laporan IMF, seperti dikutip Jumat (3/6).

Dari perhitungan IMF, nilai manfaat yang bisa dihasilkan dari penghentian batu bara jika mengacu pada kurs dolar 2022 yakni US$ 106,9 triliun atau Rp 1.542 kuadriliun. Sebaliknya, biaya yang dibutuhkan untuk menghentikan batu bara yakni US$ 29 triliun atau Rp 418 kuadriliun. Sehingga secara neto, ada keuntungan sebesar US$ 77,9 triliun. IMF memperkirakan nilai keuntungan yang bisa diperoleh itu sebesar US$ 125 per ton batu bara serta US$ 55 per ton CO2.

Menanggapi pernyataan IMF tersebut, Direktur Executive Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa transisi energi menuju energi bersih sudah menjadi tren dunia saat ini dan kedepannya. Indonesia yang memiliki potensi besar di energi terbarukan dan energi fossil pun juga sedang menuju ke arah sana. Namun fakta menunjukkan bahwa batubara masih menjadi sumber energi yang paling diandalkan untuk menjaga ketahanan energi.

“Sebagai asosiasi yang menaungi produsen batubara, APBI masih optimis komoditas batubara punya prospek bagus paling tidak untuk 1-2 dekade kedepannya. Adapun mengenai kebijakan energi yang nantinya dapat berpengaruh bagi pemanfaatan batubara untuk jangka panjang tentu kami serahkan ke Pemerintah. Pemerintah pasti sangat memahami cost dan benefit dalam mengatur kebijakan energi termasuk pemanfaatan batubara untuk kepentingan nasional, baik untuk perekonomian maupun ketahanan energi,” kata Hendra kepada ruangenergi.com,Sabtu (04/06/2022) di Jakarta.

Hendra menjelaskan fakta menunjukkan permintaan batubara masih terus menguat..dan ini tentu menguntungkan buat Indonesia.