Jakarta, Ruangenergi.com – Dalam mengejar target bauran energi terbarukan nasional, PT Pertamina memberikan alokasi dana pengembangan EBT sebesar 17,6 miliar dolar hingga 2026.
“Potensi EBT kita luar biasa, makanya untuk jangka panjang Pertamina mengupayakan bagaimana caranya optimalkan penggunaan sumber energi domestik untuk kemandirian dan kedaulatan energi,” ujar Nicke pada diskusi virtual, Senin (10/8).
Menurutnya, hal ini juga sejalan dengan tren dari permintaan energi global di mana puncak konsumsi energi fosil terjadi pada 2030, lalu setelahnya kontribusi sektor EBT akan meningkat pesat. Ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, menurutnya ada tren percepatan transisi ke sektor EBT menjadi 2030 dari estimasi sebelumnya pada 2033.
“Dengan terjadinya Pandemi Covid-19 ini pergeseran energi fosil ke EBT menjadi lebih cepat menjadi 2030 dari perkiraan sebelumnya di 2033, sehingga kita harus bergegas masuk ke EBT,” ungkapnya.
Adapun alokasi belanja modal hingga US$ 17,6 miliar tersebut akan digunakan untuk mengembangkan proyek energi baru terbarukan dengan total kapasitas setara 15,5 giga watt (GW).
Secara rinci, investasi tersebut akan dialokasikan pada proyek gas untuk pembangkit listrik dengan penambahan kapasitas sekitar 9,8 GW dengan nilai belanja modal sekitar US$ 9,3 miliar dan pendapatan sekitar US$ 7,1 miliar.
Lalu, panas bumi dengan target pengembangan 1,4 GW, dengan nilai investasi sekitar US$ 2,3 miliar dan pendapatan sekitar US$ 5,8 miliar. Selain itu ada juga pengembangan EBT lainnya seperti energi surya, bioenergi, air, angin dengan target penambahan kapasitas sekitar 3,6 GW dengan alokasi investasi sekitar US$ 5,5 miliar dan pendapatan US$ 1,5 miliar.
Dan tak ketinggalan investasi untuk pengembangan baterai kendaraan listrik yang ditargetkan setara dengan kapasitas 5,1 GW dengan alokasi dana sekitar US$ 0,5 miliar dan pendapatan sekitar US$ 2,7 miliar.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan bahwa pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) baru sebesar 2,5 persen dari total potensi yang ada.
Arifin Tasrif mengatakan potensi total EBT di Indonesia mencapai 417,8 giga watt (GW). Namun berdasarkan data yang ada baru sebesar 10,4 GW yang bisa dimanfaatkan atau 2,5 persennya. Berbagai potensi tersebut termasuk energi samudera, panas bumi, bio energi, bayu, air dan surya.
Lebih jauh ia mengatakan, bahwa potensi total EBT di Indonesia mencapai 417,8 Giga Watt (GW). Namun berdasarkan data yang ada, pemanfaatan EBT baru sebesar 10,4 GW atau 2,5 persennya. Berbagai potensi tersebut termasuk energi samudera, panas bumi, bio energi, bayu, air, dan surya.
Sebelumnya PT PLN sendiri terus meningkatkan penggunaan EBT untuk pembangkit listrik. Hingga Juni 2020 kapasitas pembangkit energi ramah lingkungan tersebut di Indonesia sudah mencapai sebesar 7.964 MW.
Dari sisi bauran energi, pemanfaatan pembangkit EBT juga meningkat dari 12,36 persen pada Januari 2020 menjadi 14 persen pada Juni 2020.(Red)