Komitmen Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca, Pemerintah Genjot EBT

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.com – Pemerintah memiliki target untuk melakukan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2 di tahun 2030.

Untuk itu, Pemerintah menggenjot penggunaan Pembangkit Listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) agar dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 156,6 juta ton CO2.

Dalam Webinar bertajuk Manfaat Pembangungan Proyek PLTP Dieng 2 (55 MW) dan Patuha 2 (55 MW).

Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari, mengatakan, sesuai dengan Ratifikasi Paris Agreement pada saat Conference on Parties (COP) 22 di Morocco pada bulan November 2016 lalu.

Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% hingga tahun 2030, dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional.

“Pemerintah telah mencanangkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2 di tahun 2030 dengan estimasi kebutuhan investasi sebesar Rp3.500 triliun. Bidang Pembangkit Listrik EBT ditargetkan dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 156,6 juta ton CO2 (atau 49,8% dari total aksi mitigasi sektor energi) dengan kebutuhan investasi sebesar 1.690 Triliun Rupiah,” ungkap Ida disela-sela Webinar, (19/08).

Ida mengungkapkan, menahan kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industrialisasi dan menekan kenaikan suhu global ke 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industrialisasi akan diselaraskan dengan target porsi EBT dalam bauran energi sebesar 23% di tahun 2025.

“Sebagai salah satu usaha dalam mencapai target Kebijakan Energi Nasional, Indonesia telah memiliki 10,4 GW pembangkit listrik terpasang berbasis EBT terhitung hingga semester pertama tahun 2020. Jumlah tersebut didominasi oleh energi hidro dengan komposisi sekitar 6,07 GW dan selanjutnya diikuti oleh energi panas bumi sebesar 2,13 GW,” ungkap Ida.

Masih Didominasi Energi Fosil

Ida kembali mengatakan, suplai energi primer Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil. Di mana sekitar 90% masih didominasi oleh batu bara, gas, dan minyak.

Namun demikian, lanjutnya, komposisi EBT dalam bauran energi primer dalam pembangkit listrik di tahun 2019 hanya 9,15% sementara komposisi yang lain masih didominasi oleh batu bara sebesar 37,15% dan gas sebesar 33,58%.

“Untuk mencapai semua target di atas, segala upaya akan terus dilakukan Pemerintah dengan memperbaiki skema harga jual, regulasi dan pemberian insentif sehingga diharapkan investor dapat tertarik menanamkan investasinya di sektor energi yang ramah lingkungan seperti panas bumi, air dan angin,” tandasnya.