Asik Nih, SKK Migas Tunggu Pemenang Tender EPC CCS/CCUS Ubadari dan FID

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berharap konstruksi proyek Tangguh Enchanced Gas Recovery (EGR)/CCUS segera mendapatkan pemenang tender EPC (engineering, procurement and construction).

Saat ini proses lelang masih berlangsung. Namun di sisi lain, SKK Migas berharap Target FID (final investment decision) bisa ditetapkan pada Desember 2023.

SKK Migas

“Target FID desember 2023, dan target onstream CCUS Tangguh pada 2026,” kata Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Jumat (09/06/2023) di Jakarta.

Dalam catatan ruangenergi.com, teknologi penangkapan, utilisasi, dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilization, and storage (CCS/CCUS) dinilai dapat membantu dalam proses transisi menuju energi bersih. Namun potensi ini masih menemui sejumlah tantangan, salah satunya belum adanya regulasi khusus mengenai pengembangan teknologi tersebut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengingatkan pengembangan teknologi CCS/CCUS masih menemui sejumlah kendala, seperti biaya, skema bisnis, dan perdangan karbon.

“Makanya, kita perlu menetapkan peraturan menteri tentang CCS/CCUS,” ungkap Arifin saat memberikan sambutan pada workshop bertajuk Implementation of CCS/CCUS to Advancing Energy Transitions sebagai rangkaian acara Energy Transitions Working Group (ETWG)-3, di Hotel Grand Hyatt Bali, Senin (29/8/2022).

Proyek Tangguh CCS/CCUS

Pengembangan CCS/CCUS di sektor migas punya potensi besar. Menurut Arifin, Indonesia memiliki potensi depleted field sekitar 2 giga ton CO2, terutama di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Papua. Sedangkan, potensi saline aquifer (reservoir air bersalinitas tinggi) sebesar lebih dari 9 ton di basin Selatan Sumatera dan Jawa Barat.

“Saat ini, pemerintah tengah melakukan kajian dan pilot project (CCS/CCUS) migas di Gundih, Sukowati dan Tangguh dengan total potensi simpanan CO2 sekitar 300 juta ton CO2,” ungkap Arifin.

Sementara itu, proyek Tangguh Enchanced Gas Recovery (EGR)/CCUS bakal menjadi salah satu proyek CCUS yang menjanjikan dalam waktu dekat. Proyek ini merupakan bagian integral dari Proyek UCC (Ubadari, EGR/CCUS, Onshore compression) dengan total investasi sekitar USD3 miliar.

“Ini akan menekan emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 hingga 2035, dengan menginjeksikan kembali CO2 ke reservoir lapangan Vorwata,” jelas Arifin.

Menurut Arifin, proyek ini juga akan meningkatkan produksi hingga 300 BSCF hingga 2035.

“Pekerjaan pra konstruksi akan dimulai pada 2023, dan on-stream diperkirakan pada 2026,” ungkapnya.

Di sisi perusahaan, PT Pertamina sebagai perusahaan aplikatif untuk proyek CCS/CCUS akan mengintegrasikan penghasil emisi CO2 dan menghubungkan dengan lokasi penyimpanan CO2 yang potensial.

“Upaya itu ditempuh dengan menyaring dan menyeleksi lapangan yang bisa digunakan sebagai tempat injeksi CO2 dan juga menggandeng perusahaan lain melakukan studi kelayakan sebagai langkah awal implementasi nyata proyek CCUS,” ungkap Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.

Untuk menjalankan proyek teknologi modern ini, pemerintah Indonesia siap meningkatkan kerja sama dan kolaborasi dengan semua pihak yang berpengalaman, seperti Arab Saudi.

“Mereka berpotensi berbagi pengalaman (teknis) dan (skema) pembiayaan proyek CCS/CCUS di lapangan migas di Indonesia serta kerja sama dalam pengembangan blue amonia,” tutup Arifin