Jakarta, ruangenergi.com– Tambang Jikodolong dan Tambang Gane saat ini tengah menunggu Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
IPPKH adalah izin yang diberikan untuk menggunakan kawasan hutan guna kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan.
“Mudah-mudahan tahun depan (2024) bisa dieksplorasi. Saat ini masih menunggu IPPKH dikeluarkan KLHK,” kata sumber ruangenergi.com di Kementerian ESDM, Jumat (20/10/2023).
Berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) kepemilikannya tambang Jikodolong dipegang oleh PT Gane Permai Sentosa sebesar 99.6 % dan PT Citra Duta Jaya Makmur sebesar 0,4%, dimana keduanya membentuk entitas perusahaan PT Jikodolong Megah Pertiwi dengan lokasi tambang di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
Mengutip MODI, PT Jikodolong Megah Pertiwi memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), dimana tahapan kegiatan operasi produksi dengan komoditas nikel, luas tambang 1.884,84 hektar.
Sedangkan tambang Gane, dimiliki PT Trimegah Bangun Persada sebesar 70% dan PT Harita Jayaraya sebesar 30%, dimana keduanya membentuk PT Gane Permai Sentosa dengan lokasi tambang di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
Perusahaan ini memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), dimana tahapan kegiatan operasi produksi, dengan komoditas tambang nikel, luas tambang 1.276 hektar.
Dalam catatan ruangenergi.com, Roy Arman Arfandy, Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) mengatakan perseroan telah memulai usaha pertambangan nikel di Pulau Obi sejak lebih dari 15 tahun yang lalu.
Perseroan memiliki dan mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif seluas 5.523,99 hektar yang berlokasi di Kawai dan Loji, di Pulau Obi.
Perseroan juga memiliki dua konsesi pertambangan untuk dua prospek pertambangan nikel di Tabuji-Laiwui dan Jikodolong yang membentang seluas 3.660,24 hektar, juga terletak di Pulau Obi.
Per 1 Juni 2022, jumlah volume cadangan biji nikel Perseroan di Tambang Kawasi dan Tambang Loji, serta Prospek Jikodolong mencapai 168,89 juta wet metric ton (wmt).
“Hingga hari ini telah banyak pencapaian-pencapian yang dilakukan oleh perseroan dan yang paling utama adalah menjadi pure nickel player terbesar di Indonesia dan tidak hanya fokus pada usaha pertambangan atau upstream bisnis, namun juga mampu memberikan nilai tambah produk turunan biji nikel dengan pemrosesan lanjutan seperti dengan teknologi RKEF [Rotary Kiln Electric Furnace] maupun HPAL [High Pressure Acid Leaching] yang menjadi midstream dan downsream dari bisnis nikel. Hal ini juga mampu menghasilkan bahan baku utama untuk produk baterai mobil listrik guna mendukung inisiatif transisi energi bersih yang dicanangkan oleh pemerintah negara kita,” jelas Roy pada seremoni pencatatan perdana saham di Main Hall BEI, Rabu (12/4/2023).