Jakarta, Ruangenergi.com – Kementerian Badan Usaha Milik Negarq (BUMN) masih mempelajari untung-rugi rencana divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk. Artinya, keputusan divestasi saham harus dipertimbangkan secara matang agar Indonesia mendapat keuntungan secara penuh.
“Kita jangan terus iya iya saja, sebenarnya tidak tidak saja. Jadi, saya harus pelajari dulu. Jangan sampai yang di-divestasi ‘pinggir-pinggir’, tapi ‘tengahnya’ tetap dikontrol terus tidak ada efisiensi me-mining ke depan,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir kepada wartawan usai menghadiri acara Asia Creative and Digital Economy Youth Summit (ACE-YS) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu.
Menurut Erick, Pemerintah Indonesia melalui BUMN MIND ID terbuka terhadap rencana divestasi saham tersebut. Dia juga mengingatkan bahwa saat ini industri baterai untuk kendaraan listrik (electric vehicle) tengah bertumbuh. Indonesia sendiri menyimpan sumber daya mineral yang kaya sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik seperti nikel, kobalt, hingga mangan. Oleh sebab itu, jangan sampai rencana divestasi perusahaan tambang Vale tersebut dilakukan dengan setengah hati.
“Jadi kita sedang pelajari hal-hal Vale. Kita mendorong kerja sama Vale dengan Ford, dengan Volkswagen. Tapi juga kita tak tutup mata kalau divestasi Vale itu baik di lahan yang diberikan kembali kepada negara. Tapi kalau ownership kita oke, kita cari hal hal positif,” tukas Erick.
Masa operasi dan kontrak Vale Indonesia sendiri diketahui akan berakhir pada 28 Desember 2025. Divestasi Vale dilakukan pemerintah Indonesia demi kepentingan nasional. Hal ini seiring dengan rencana hilirisasi dan industrialisasi yang dilakukan pemerintah.
Saat ini, Vale Canada Ltd (VCL) memegang saham terbesar Vale Indonesia. Sisanya, kepemilikan Vale dipegang oleh MIND ID, Sumitomo Metal Mining (SMM), dan publik. Pemerintah Indonesia ingin menambah kepemilikan saham di Vale agar menjadi pemegang saham mayoritas.(SF)