Tutuka Minta Inpex Segera Kembangkan Masela Sesuai PoD

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com- Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Tutuka Ariadji menegaskan Inpex Masela Ltd,anak usaha dari Inpex Corporation, dapat melaksanakan kegiatan pengembangan Lapangan Abadi, blok Masela sesuai POD (plan of development).

Yang dimaksud pengembangan Lapangan Abadi sesuai POD, adalah FEED untuk OLNG, FPSO, GEP dan SURF pada tahun 2024, Site Preparation pada tahun 2025 dan Drilling preparation pada tahun 2026.

“INPEX dapat melaksanakan kegiatan pengembangan Lapangan Abadi sesuai POD,” kataTutuka Ariadji  Minggu (3/12/2023), di Jakarta.

Menurut Tutuka, pengembangan Blok Masela itu dipastikan untuk dukung Ketahanan Energi Nasional dan Pencapaian NZEJakarta.

“Menteri ESDM telah menyetujui Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan yang Pertama (POD I) Lapangan Abadi WK Masela pada tanggal 28 November 2023. Termasuk dalam Revisi 2 POD I ini adalah kegiatan CCS ke dalam ruang lingkup proyek dimana fasilitas CCS akan dibangun untuk menangkap native CO2 dari Lapangan Abadi dan menyimpannya kembali di Lapangan Abadi. Target Ready for Start-Up untuk proyek ini adalah pada tahun 2030,” jelas Tutuka dalam pernyataannya.

Kontrak Kerja Sama WK Masela ditandatangani tanggal 16 November 1998 untuk jangka waktu 30 tahun dan telah mendapatkan kompensasi waktu 7 tahun dan perpanjangan 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055.

Pemegang Partisipasi Interes WK Masela saat ini adalah Inpex Masela Ltd (65%) sekaligus sebagai operator; PT Pertamina Hulu Energi Masela (20%); dan Petronas Masela Sdn. Bhd (15%).

Total cadangan gas Lapangan Abadi adalah sebesar 18,54 TSCF dengan kumulatif produksi gas 16,38 TSCF (gross) atau 12,95 TSCF (sales) dan kondensat 255,28 MMSTB. Kapasitas produksi 1.600 MMSCFD + 150 MMSCFD (pipeline), kondensat 35.000 BCPD.

Perkiraan biaya yang diperlukan untuk mengembangkan Lapangan Abadi meliputi biaya investasi (di luar sunk cost) sebesar US$ 20.946 juta (termasuk biaya CCS sebesar US$ 1.088 juta), Biaya Operasi sebesar US$ 12.978 juta, dan biaya Abandonment and Site Restoration (ASR) sebesar US$ 830 juta.