Jakarta, ruangenergi.com- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan begitu target produksi minyak dan gas (migas) ditetapkan di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), langsung melakukan work program and budgeting (WP&B) selama 3 bulan bersama kontraktor kontrak kerjasama (KKKS).
KKKS mengajukan usulannya, SKK Migas mengevaluasinya dan berdiskusi sehingga muncullah angka sekitar 596 MBOPD di WP&B tahun 2024.
“Kalau dilihat dengan (realisasi lifting migas 2023) 605,5 MBOPD, disitu terlihat relatif turun.Disitulah kita lihat potensi apa lagi yang bisa dinaikan (lifting migas),” kata Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo dalam Konferensi Pers Awal Tahun 2024 Kinerja Hulu Migas Tahun 2023, Jumat (12/01/2024), di Jakarta.
SKK Migas melihat recovery plan apa yang bisa diterapkan dari sisi produksi tentu saja berdiskusi dengan KKKS.
“Itu upaya-upaya menaikan WP&B dari angka-angka yang sudah kita sepakati dengan K3S. Semua itu kita bungkus dengan program namanya filling the gap,” tutur Wahju yang duduk bersebelahan dengan Waka SKK Migas Nanang Abdul Manaf dan Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko saat konferensi pers.
Filling the gap itu, lanjut Wahju, bisa menambah produksi sekitar 15 hingga 20 ribu bopd di atas apa yang dicapai WP&B.
“Semoga saja dengan upaya yang besar bersama dengan K3S kita bisa menambahkan produksi di atas WP&B yang sudah disepakati. Meskipun mencapai WP&B itu berat,” harap Wahju dengan mimik wajah serius.
Sekarang ini saja, urai Wahju, SKK Migas kehilangan 7 ribu barel oil per day karena banjir.
“Yang trucking crude tidak bisa trucking karena banjir. Ada beberapa rig, sekitar 7 buah rig, saat ini tidak bisa bekerja karena dikepung oleh banjir. Bahkan ada rig yang menyatakan force majeure dan minta dievakuasi terkait banjir yang ada di Pulau Sumatera,”papar Wahju.