Tangerang Selatan, Banten, ruangenergi.com- VP Subsurface Asia Pacific and India BP Indonesia Dan M Sparkes, mengungkapkan teknologi CCS (carbon capture storage) sudah tersedia hanya saja karakteristik berbeda masing-masing wilayah turut berpengaruh dalam praktik penerapan CCS. Di Tangguh misalnya, sebenarnya perencanaan CCS sudah ada bahkan sebelum gas diproduksikan.
“CCS di Tangguh mulai dikembangkan bahkan sebelum gas mulai dikembangkan. Tapi ini masalah keekonomian,” ujar Dan di IPA Convex 2024, Rabu (15/05/2024) di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten
BP memiliki peluang langsung mendapatkan keuntungan dengan menginjeksikan lagi CO2 ke dalam reservoir sehingga bisa membantu menutup biaya tinggi yang ditimbulkan akibat penerapan CCS.
“Enhanced Gas Recovery fundamental bagi BP. Kalau subsidi bukan untuk selesaikan masalah jangka panjang,” kata Dan.
Mengutip portal BP, dituliskan Proyek Tangguh CCUS yang dilakukan oleh bp telah mendapatkan persetujuan Plan of Development dari pemerintah Indonesia pada tahun 2021, dengan pekerjaan FEED yang sedang berlangsung dan rencana persetujuan proyek dalam waktu dekat. Tangguh berada pada posisi yang tepat dan memiliki potensi untuk menjadi pusat CCS pertama di negara ini bagi penghasil emisi baik domestik maupun internasional.
Saat ini Pertamina sedang mempelajari peluang untuk mengoptimalkan potensi pasokan gas di Teluk Bintuni, Papua Barat, serta memanfaaatkan Tangguh CCUS untuk memproduksi amonia biru, sebagai salah satu alternatif energi bersih untuk masa depan. Upaya kolaboratif ini dapat menjadi terobosan dalam membuka jalan untuk memproduksi energi bersih dari negara ini.
Kathy Wu, bp Regional President Asia Pacific, Gas & Low Carbon Energy, mengatakan, “Sebagai perusahaan energi yang telah beroperasi di Indonesia lebih dari lima dekade, kami dengan bangga mendukung Pertamina dan pemerintah Indonesia dalam agenda net zero melalui potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh. MoU ini menandakan kerja sama strategis kami dengan Pertamina.”