Jakarta, ruangenergi.com- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), memprediksi ketegangan politik di dunia, termasuk yang sekarang memanas di Middle East tentu menambah eskalasi ketidakpastian dunia yang sebelumnya terjadi akibat perang Rusia-Ukraina sejak awal 2022 yang sampai sekarang juga belum jelas kapan berakhirnya.
Dampak jangka pendek tentu akan mendorong harga minyak dan gas untuk naik, meskipun kenaikan tersebut akan dibatasi oleh kemampuan menyerap sesuai kemampuan ekonomi setiap negara.
Demand minyak dan gas saat ini cenderung stabil, dan perkembangan harga minyak dan gas dunia masih dalam rentang harga yang telah diperkirakan sebelumnya.
“Kita tahu hari ini harga minyak dunia naik 4%, dan kenaikan tentu akan terbatas dan akan stabil dalam beberapa waktu kedepan.Naiknya harga minyak tentu menjadi windfall profit bagi industri hulu migas nasional. Terkait beban investasi hulu migas, saya rasa tidak begitu berdampak, karena range kenaikan harga minyak dunia masih wajar, dan SKK Migas juga sudah minta kepada KKKS untuk melakukan efisiensi-efisiensi di pos pengeluaran yang dapat diefisienkan agar beban biaya secara keseluruhan bisa tetap dijaga pada batas yang telah ditetapkan,” kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D.Suryodipuro dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Senin (28/10/2024), di Jakarta
Hudi bercerita, kenaikan harga minyak dan gas tentu akan membuat investasi hulu migas semakin menarik. Terlepas dari hal ini, keyakinan akan masa depan industri hulu migas di Indonesia masih kuat, yang ditandai dengan tren investasi hulu migas yang terus meningkat dalam 4 (empat) tahun terakhir.
“Saat ini SKK Migas fokus mengawal realisasi dari komitmen investasi di tahun 2024 dengan prognosa realisasi hingga akhir tahun 2024 sekitar US$ 16,6 miliar atau Rp. 261 T. Tren harga minyak dan gas yang naik mudah-mudahan dapat mendorong prognosa realisasi investasi meningkat lebih tinggi lagi,” jelas Hudi.
