Kiprah Medco di Kepulauan Riau: Forel-Bronang Hasilkan 10 Ribu BOPD dan 43 MMSCFD

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Batam, Kepulauan Riau, ruangenergi.com- Mengunjungi kota Batam di Kepulauan Riau tentu tidak bakal lupa akan keberadaan PT MedcoEnergi Internasional Tbk yang sukses menjejakan kakinya di Kepulauan Riau.

Medco Energi Internasional menyelesaikan akuisisi aset-aset ConocoPhillips Indonesia, termasuk aset di Blok Natuna Sea Block B, pada Maret 2022. Proses ini merupakan bagian dari strategi Medco untuk memperkuat portofolio bisnis hulu migasnya.

Akuisisi tersebut mencakup 100% kepemilikan di ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd., yang memiliki hak partisipasi di Blok Natuna serta kepemilikan saham di PT Transportasi Gas Indonesia (TGI).

Langkah ini juga memperluas kapasitas Medco dalam memproduksi gas alam dan memenuhi kebutuhan domestik serta ekspor di kawasan Asia.

Aset Medco Energi di Blok Natuna Sea Block B setelah akuisisi dari ConocoPhillips mencakup kepemilikan di blok Natuna Sea Block B yang menghasilkan gas.

Produksi gas dari Blok Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna mencapai sekitar 120 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Blok ini memainkan peran strategis dalam memenuhi kebutuhan gas domestik di Indonesia serta sebagian pasar ekspor, termasuk pasokan ke Malaysia dan Singapura.

Selain itu, Medco terus mengembangkan lapangan-lapangan baru di blok ini untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi gas di masa depan, termasuk investasi dalam proyek-proyek pengembangan lapangan seperti West Belut dan lainnya

Rencana kerja Medco E&P di Blok Natuna Sea Block B saat ini melibatkan sejumlah proyek pengembangan gas strategis yang bertujuan untuk meningkatkan produksi gas nasional dan mendukung target energi Indonesia. Beberapa inisiatif utama termasuk:

  1. Proyek West Belut: Medco berhasil memulai pengiriman gas pertama dari proyek ini pada September 2024, lebih cepat dari jadwal awal. Fasilitas ini menggunakan platform tanpa awak yang sepenuhnya didukung oleh tenaga surya. Proyek ini menunjukkan efisiensi dan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.
  2. Proyek Ekstensi Belida: Proyek ini mulai berproduksi sejak akhir 2022, menambah 30 MMSCFD gas ke produksi nasional. Ini adalah pengembangan lapangan yang memanfaatkan lapisan Intra Muda di Natuna, dengan nilai investasi sekitar USD 77,5 juta.
  3. Optimalisasi Infrastruktur: Medco terus bekerja sama dengan SKK Migas untuk mempercepat proyek lain, termasuk pengembangan lapangan offshore dan peningkatan kapasitas produksi dari fasilitas existing di blok tersebut.

Fokus Medco adalah memperkuat produksi gas untuk mendukung kebutuhan domestik dan ekspor, sekaligus menerapkan teknologi ramah lingkungan. Proyek-proyek ini merupakan bagian dari target pemerintah mencapai 12 BSCFD gas pada 2030.

MedcoEnergi melalui Medco E&P saat ini sedang menggarap proyek Forel-Bronang. Nah, proyek Forel-Boronang yang dikelola Medco E&P Natuna Ltd direncanakan mulai produksi pada Oktober 2024 setelah mengalami beberapa penundaan. Produksi dari lapangan ini diharapkan mencapai 10.000 barel minyak per hari (BOPD) dan 43 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD). Infrastruktur kunci, termasuk Floating Storage Production and Offloading (FPSO) Marlin Natuna, telah memasuki tahap commissioning dan dijadwalkan siap beroperasi pada waktu tersebut.

Proyek ini merupakan bagian dari strategi Medco untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas nasional, meskipun sebelumnya sempat menghadapi kendala finansial dalam pembangunan FPSO. Dengan selesainya proyek ini, kontribusi terhadap target produksi energi nasional dapat ditingkatkan, sekaligus memberikan dampak positif pada perekonomian setempat.

Dalam catatan ruangenergi.com, Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengatakan, FSPO ini merupakan masterpiece karena menjadi yang pertama di Tanah Air. FPSO Marlin Natuna merupakan salah satu bagian dari pekerjaan proyek pengembangan lapangan Forel Bronang yang masuk dalam wilayah kerja South Natuna Sea Block B yang dioperatori oleh Medco E&P Natuna Limited.

“Proyek ini bertujuan untuk memproduksi cadangan minyak 13,4 miliar barel oil dari lapangan Forel yang berlokasi di Laut Natuna Kepulauan Riau,” kata Wahju di Batam, Senin (30/9/2024).

Proyek Forel mencakup dua pekerjaan besar, pertama pengerjaan FPSO Marlin Natuna dan kedua pembangunan rangkaian fasilitas produksi yang antara lain, satu anjungan Well Head Platform (WHP) Forel yang akan digunakan untuk lima sumur produksi, satu sumur injeksi gas, dan dua sumur tambahan untuk produksi di masa depan.  Fasilitas produksi juga akan digunakan untuk satu anjungan Well Head Platform Bronang untuk satu sumur produksi dan dua sumur cadangan.

Konversi kapal tanker ke FPSO ini merupakan bagian dari upaya penting SKK Migas dan KKKS Medco Energi meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas guna mendukung ketersediaan energi nasional.

Menurut Wahju, fasilitas WHP Forel, WHP Bronang dan instalasi pipa bawah laut tersebut saat ini sudah selesai dan menunggu FPSO Marlin Natuna untuk sail away ke Laut Natuna dan melanjutkan tahapan commissioning terintegrasi (integrated commissioning) dari keseluruhan fasilitas produksi Proyek Forel-Bronang.

“WHP Bronang bahkan sudah onstream dan mengalirkan gas ke fasilitas MoGPU Hang Tuah sejak September 2023, memberikan kontribusi terlebih dahulu terhadap negara,” ujar Wahju.

Adapun, total investasi yang dibutuhkan untuk pengerjaan Proyek Forel-Bronang secara keseluruhan mencapai sekitar US$236 juta atau sekitar Rp. 3,5 triliun dengan angka konversi saat ini.

“Kami berharap investasi tersebut tidak hanya berhasil mewujudkan fasilitas produksi hulu migas, tetapi juga mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional,” tutur Wahju.

Wahju menambahkan, FPSO Marlin Nagtuna merupakan salah satu proyek minyak terbesar pada tahun ini yang akan onstream.

Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengatakan, Proyek Forel akan segera onstream pada kuartal ke-IV 2024 yang akan membantu untuk meningkatkan produksi minyak nasional dan akan membantu keekonomian di blok B Natuna.

Kepala Divisi Manajemen Proyek SKK Migas Syaifuddin menambahkan produksi minyak dari blok B Natuna saat ini menyentuh 10.000 barel per hari, dengan mulai produksinya Proyek Forel maka akan menambah produksi minyak dua kali lipat dari blok B Natuna.

Untuk diketahui, proyek FPSO dikembangkan sejak 2020 yang bertujuan untuk mengembangkan lapangan minyak Forel yang merupakan lapangan marginal untuk diintegrasikan dengan lapangan gas Baronang dirancang akan menghasilkan minyak 10.000 barel per hari.

Pengembangan proyek forel meliputi pengeboran 5 sumur minyak dan 1 sumur injeksi di lapangan forel dan 1 sumur gas di lapangan Baronang, pembangunan anjungan lepas pantai di lapangan forel dan Bronang berikut instalasi pipa gas panjang 20 km dan penyediaan FPSO untuk memproses penyimpanan dan pembongkaran produksi minyak dari lapangan forel.

Pengeboran 7 sumur dan 2 pemasangan anjungan dan pipa gas sudah dilakukan dengan sukses tahun lalu dan saat ini adalah penyelesaian tahap akhir konversi pembangunan kapal tanker menjadi FPSO.

Di FPSO ini, hidrokarbon akan diproses melalui peralatan pemrosesan minyak, treatment air, serta kompresi gas. Proses topside terdiri dari 17 modul yang proses fabrikasi dan konstitusinya tersebar di beberapa pabrikasi Nord, di Batam dan Bintan.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan sampai Desember 2024 pihaknya akan mengejar peningkatan produksi dari Lapangan Medco di Natuna, yaitu Forel Bronang.

Dari lapangan ini, Medco bisa menambah produksi 10 ribu bopd, dan 43 MMSCFD di Desember 2024 mendatang.

“Forel Bronang itu bisa menambah 10000 bopd,  gasnya 43 MMscfd di Desember 2024. Kemudian dari Pertamina EP lumayan bisa menambah 600 bopd di Desember 2024.  Dari SP Puspa Asri Pertamina EP. Kemudian ada gas compressor di Pertamina EP Merbau bisa menambah 8 MMSCFD pada akhir bulan ini. Itu untuk 2024,” kata Djoko dalam Rapat Dengar Pendapat DPR Komisi XII dengan Kepala SKK Migas terkait Progres dan Evaluasi Pelaksanaan Program hingga Triwulan 3 TA 2024, program strategis TA 2025, Senin(18/11/2024),diJakarta.

Proyek Forel-Bronang ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi energi nasional sekaligus mendukung kebutuhan energi domestik dan ekspor.

Medco E&P dan SKK Migas aktif memonitor perkembangan proyek ini untuk memastikan pelaksanaannya sesuai target, mengingat pentingnya Forel-Boronang dalam mendukung peningkatan kapasitas energi nasional.

Dalam paparan di hadapan Komisi XII, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto juga menyampaikan terdapat 15 proyek yang akan onstream di tahun 2025. Salah satunya adalah Terubuk Medco EP Natuna dengan kapasitas produksi 6,654 bopd & 60 MMscfd. Dengan rencana onstream Q2 2025.