Wow! Selain TPIA Ada ExxonMobil Siap Rebut Pasar Petrokimia di Asia Tenggara

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Pasar petrokimia di dunia, termasuk Asia Tenggara, bergairah dengan adanya aksi korporasi yang dilakukan oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia, dilaporkan telah mengakuisisi kilang minyak dan petrokimia Shell Singapore Pte Ltd (SSPL).

TPIA tidak sendirian, aksinya berkolaborasi dengan Glencore Asian Holdings Pte Ltd, raksasa komoditas asal Swiss, memiliki pabrik atau  disebut kilang petrokimia SSPL.

Dikutip dari website Chandra Asri, disebutkan PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) dan Glencore mengumumkan terselesaikannya akuisisi saham Shell Singapore Pte. Ltd. (SSPL) di Shell Energy and Chemicals Park (SECP) (kini menjadi Aster Energy and Chemicals Park), di Singapura.

Akuisisi ini dilakukan melalui CAPGC Pte. Ltd., perusahaan patungan antara Chandra Asri Capital Pte. Ltd., anak usaha Chandra Asri Group, dan Glencore Asian Holdings Pte. Ltd, yaitu anak usaha Glencore.

Kesepakatan ini diselesaikan dengan pembelian saham anak usaha Shell Singapore Pte. Ltd., yaitu  Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. (Aster). Ini menjadi langkah besar dalam memperluas jejak strategis Chandra Asri Group di industri kimia, energi, dan infrastruktur regional.

Dengan memanfaatkan kilang kelas dunia dan pusat perdagangan Aster, Chandra Asri Group akan memastikan ketersediaan produk minyak bumi yang krusial serta mengisi kesenjangan pasokan bahan kimia utama, sehingga menjadi langkah untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Akuisisi ini diperkirakan akan berdampak positif pada perekonomian Indonesia, menciptakan peluang kerja baru dengan keuntungan yang dihasilkan dari Aster akan direpatriasi dan diinvestasikan kembali untuk mendukung pengembangan Chandra Asri Group serta memperkuat neraca pembayaran Indonesia.

Langkah ini bukan sekadar flexing tapi langkah strategis yang berpotensi mengubah peta energi dan pasar petrokimia di Asia Tenggara.

Dalam catatan ruangenergi.com, selain Chandra Asri yang berusaha kembangkan petrokimia, ternyata ExxonMobil telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Indonesia pada Januari 2025 untuk mengeksplorasi investasi dalam pembangunan kompleks petrokimia di Indonesia. Proyek ini diperkirakan memiliki nilai investasi awal sebesar US$10 miliar, dengan total komitmen jangka panjang mencapai US$15 miliar.

Kompleks petrokimia yang direncanakan akan berfokus pada produksi plastik dan serat sintetis. Selain itu, ExxonMobil juga berencana membangun fasilitas Carbon Capture and Storage (CCS) yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon hingga 90%. Fasilitas CCS ini direncanakan untuk menyimpan sekitar 3 juta ton karbon dioksida dan berpotensi menjadi yang pertama beroperasi dalam skala besar di Indonesia.

Selain itu, ExxonMobil bekerja sama dengan PT Pertamina untuk mengevaluasi potensi pembangunan hub CCS di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai solusi penyimpanan karbon terpusat.

Proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi kemajuan Indonesia di berbagai sektor, termasuk penciptaan lapangan kerja dan pengembangan teknologi ramah lingkungan.