Banggai, Sulteng, ruangenergi.com– Di tengah tantangan perubahan iklim dan dinamika pertanian modern, PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina tak tinggal diam. Berkomitmen mendukung ketahanan pangan nasional, PEP DMF menggagas Sekolah Lapang Pertanian “Tudang Sipulung” yang digelar di Balai Desa Kayowa, Kabupaten Banggai.
Menggandeng Sircular Center Indonesia (SCI), program ini menyasar delapan kelompok tani komoditas jagung – tanaman strategis yang menjadi sumber karbohidrat utama kedua setelah beras di Indonesia.
“Kami ingin petani tak hanya mengandalkan naluri dan pengalaman turun-temurun. Dunia pertanian berubah cepat, dan petani kita harus dibekali pengetahuan yang tepat agar tetap tangguh dan produktif,” ungkap Ridwan Kiay Demak, Field Manager Donggi Matindok.
Tudang Sipulung: Tradisi Lokal, Solusi Global
Nama “Tudang Sipulung” diambil dari budaya Bugis yang berarti “duduk bersama dan bermusyawarah”. Filosofi inilah yang dihidupkan PEP DMF dalam pendekatan program: mendengar, berdiskusi, dan mencari solusi bersama dengan para petani.
“Program ini sejalan dengan misi kami dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama pada poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta poin 15 tentang kehidupan di darat,” tambah Ridwan.
Biosulfur: Inovasi Ramah Lingkungan untuk Petani Lokal
Program ini juga memperkenalkan penggunaan Bioferdom, pupuk organik hasil pengolahan limbah biosulfur padat dari fasilitas BSRU (Biological Sulphur Recovery Unit). Inovasi ini memanfaatkan bakteri Thiobacillus sp. untuk mengubah limbah menjadi nutrisi bernilai tinggi bagi tanah dan tanaman.
“Petani bukan sekadar profesi, mereka penyangga kehidupan. Dengan sekolah lapang ini, kami tidak hanya menabur ilmu, tapi juga menumbuhkan harapan,” ujar Muh Syair, fasilitator dari SCI.
Meski dihadapkan pada kendala seperti jauhnya lokasi lahan dan keterbatasan waktu petani, Syair menegaskan komitmen timnya untuk terus menjangkau para petani hingga ke lokasi lapang.
Disambut Antusias Warga Desa
Kepala Desa Kayowa, Ali Dg Marowa, menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif ini. “Selama ini petani kami mengandalkan tradisi dan naluri. Kini mereka mendapatkan ilmu yang bisa jadi bekal menghadapi berbagai tantangan ke depan. Kami sangat bersyukur,” ujarnya.
Langkah Nyata, Dampak Nyata
Sekolah Lapang Tudang Sipulung bukan hanya pelatihan, melainkan bagian dari transformasi sosial dan ekonomi lokal yang diinisiasi oleh sektor hulu migas. Program ini menjadi bukti bahwa perusahaan energi tidak hanya berfokus pada eksplorasi dan produksi, tapi juga hadir untuk masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.