SKK Migas Apresiasi Produksi Perdana Terubuk WHP-M: Sinyal Kuat Swasembada Energi dan Keunggulan Anak Bangsa 

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Industri hulu migas Indonesia kembali menunjukkan taringnya dengan dimulainya produksi perdana (start up) Well Head Platform (WHP) M Proyek Terubuk. 

Keberhasilan proyek yang digarap oleh Medco E&P Natuna Ltd. ini mendapat apresiasi tinggi dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), yang disampaikan langsung oleh Deputi Eksploitasi SKK Migas, Taufan Marhaendrajana, mewakili Kepala SKK Migas Djoko Siswanto

Dalam sambutannya, Djoko Siswanto (dibacakan Taufan Marhaendrajana) mengucapkan selamat kepada seluruh tim yang terlibat dalam penyelesaian Proyek Terubuk, baik dari SKK Migas maupun Medco E&P Natuna Ltd.

“Penyelesaian proyek berjalan lebih cepat dari rencana dan juga memenuhi standar HSE industri hulu migas,” ujar Taufan Marhaendrajana, Selasa (29/07/2025), di Jakarta.

Ia menekankan bahwa kinerja seperti ini sangat diharapkan karena setiap proyek hulu migas idealnya dilaksanakan dengan prinsip  On Time, On Budget, On Scope (OTOBOS), Good Governance, kualitas tinggi, serta kinerja HSE yang unggul. 

Proyek Terubuk WHP-M merupakan platform kedua dalam lingkup penyelesaian Proyek Terubuk, dan dengan mulai beroperasinya WHP M ini, pekerjaan proyek Terubuk sudah dapat dirampungkan. Taufan juga menyampaikan apresiasi kepada manajemen dan seluruh pekerja Medco Energi atas keberhasilan Medco mewujudkan dua proyek  onstream pada tahun ini, yaitu Proyek Forel dan Proyek Terubuk.

“Dua proyek ini penting karena tidak hanya menghasilkan gas tetapi juga minyak yang cukup signifikan,” kata Taufan.

Taufan menambahkan bahwa kehadiran Forel dan Terubuk sangat krusial dalam memperkecil gap impor minyak mentah, bensin, maupun LPG, yang sejalan dengan cita-cita swasembada energi yang menjadi salah satu poin dalam Asta Cita Presiden.

Upaya Peningkatan Produksi Migas Nasional dan Peran Masyarakat

Taufan Marhaendrajana juga menyoroti tren peningkatan produksi minyak nasional pada bulan Juli ini, sebagai hasil dari berbagai upaya bersama. Pendekatan teknis seperti penerapan Multi Stage Fracturing (MSF) untuk mendorong produksi di lapisan batuan yang sulit ditembus terbukti efektif. Ke depan, optimalisasi teknologi akan terus dilakukan melalui metode seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Horizontal Drilling, terutama di lapangan tua. Upaya lain termasuk reaktivasi sumur-sumur idle, di mana sekitar 4.495 dari total 16.990 sumur yang terdata masih berpotensi untuk dioperasikan kembali. 

Di sisi eksplorasi, perhatian diarahkan ke wilayah Indonesia Timur yang masih menyimpan cadangan migas belum tergarap maksimal, dengan pemerintah mendorong percepatan melalui insentif dan kerja sama yang menarik bagi investor. 

Pemerintah juga melakukan pendekatan berbasis masyarakat dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 pada 3 Juni 2025.

Regulasi ini memberikan dasar hukum untuk mendorong kerja sama antara Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan BUMD, koperasi, UMKM, kerja sama operasi/teknologi, hingga pengusahaan sumur tua, dengan tujuan mengoptimalkan bagian wilayah kerja yang belum tergarap maksimal. 

Sebagai tindak lanjut, SKK Migas telah menetapkan Pedoman Tata Kerja (PTK) 023 Tahun 2025 pada 30 Juni 2025, yang memberikan panduan pelaksanaan kerja sama pengelolaan bagian wilayah kerja untuk peningkatan produksi migas, serta menekankan penerapan  

Djoko Siswanto, melalui Taufan Marhaendrajana, berharap Medco Energi dapat terus berkontribusi maksimal dalam upaya-upaya peningkatan produksi ini. 

“Dengan reputasinya sebagai perusahaan energi nasional yang mumpuni, saya yakin Medco akan lebih banyak berkiprah dalam pencapaian swasembada energi yang kita cita-citakan,” tutupnya.