Pekanbaru, Riau, ruangenergi.com-Suara gemericik air kini terdengar lebih riuh di kolam-kolam milik kelompok masyarakat Nurul Falah di Kelurahan Minas Jaya, Kecamatan Minas. Di sana, ribuan benih ikan Nila berenang lincah di bawah naungan tanaman kangkung yang mulai menghijau. Ini bukan sekadar kolam biasa, melainkan sebuah ekosistem Akuaponik—sebuah perpaduan inovasi yang kini menjadi tumpuan harapan ekonomi baru bagi warga setempat.
Inisiatif ini lahir dari tangan dingin PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Melalui Program Pemberdayaan Perikanan di bawah payung Community Involvement and Development (CID), PHR menyulap lahan warga menjadi produktif dan bernilai tinggi. Sebanyak 10.000 benih ikan Nila telah ditebar, siap tumbuh menjadi komoditas yang menjanjikan.
Tak berjalan sendiri, PHR menggandeng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) untuk mentransfer ilmu. Warga tidak hanya diberi ikan, tetapi diajarkan teknologi akuaponik: sebuah sistem integrasi cerdas antara budidaya ikan dan sayuran.
Sistem ini menawarkan solusi lingkungan sekaligus ekonomi. Pengelolaan air yang efisien membuat lahan yang terbatas menjadi sangat produktif. Di atas kolam, terdapat 240 lubang tanam yang kini disesaki bibit kangkung.
“Sistem ini sangat ramah lingkungan dan efisien. Untuk sayuran seperti kangkung, masa panennya bisa dipercepat menjadi kurang lebih 20 hari saja,” ungkap perwakilan tim teknis di lapangan. Artinya, warga bisa menikmati ‘panen ganda’: ikan di air, dan sayur di permukaan.
Potensi ekonominya pun tidak main-main. Jika dikelola dengan tekun, satu siklus panen dari budidaya ini diestimasi mampu menghasilkan penjualan hingga Rp46 juta. Sebuah angka yang signifikan untuk mendongkrak kesejahteraan anggota kelompok.
Corporate Secretary PHR, Eviyanti Rofraida, menegaskan bahwa program ini memiliki misi yang jauh lebih besar daripada sekadar bagi-bagi benih.
“Program CID yang dijalankan bukan untuk menciptakan ketergantungan, tetapi untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat,” tegas Eviyanti.
Ia menambahkan bahwa pemberdayaan perikanan adalah wujud nyata manfaat kehadiran PHR bagi tetangga terdekatnya—masyarakat di sekitar wilayah operasi. Kelompok Nurul Falah di Minas Jaya hanyalah satu dari 18 kelompok masyarakat binaan PHR yang tersebar di 5 kabupaten/kota di wilayah operasi Zona Rokan.
Menjaga Amanah, Merawat Energi
Semangat kolaborasi ini disambut hangat oleh pemerintah setempat. Camat Minas, Nurfa Octalita, menyebut bantuan ini sebagai sebuah “amanah” yang harus dijaga. Ia meminta warga tidak sungkan berkonsultasi dengan penyuluh perikanan kecamatan jika menemui kendala.
“Ini adalah amanah yang diberikan kepada kita. Kita akan terus saling berkolaborasi untuk mencapai hasil yang maksimal,” ujar Nurfa.
Bagi PHR, kesejahteraan masyarakat berbanding lurus dengan kelancaran operasi migas. Ketika ekonomi warga tumbuh, dukungan terhadap keamanan operasi energi nasional pun semakin kuat.
“Ketika masyarakat dan perusahaan saling mendukung, maka manfaat yang dirasakan akan lebih luas dan keberlanjutan operasi energi nasional dapat terus terjaga,” pungkas Eviyanti, menitipkan pesan agar sinergi ini terus menjadi benteng bagi ketahanan pangan dan energi bangsa.
Kini, di tangan warga Minas Jaya, ribuan benih Nila itu bukan sekadar ikan, melainkan bibit kemandirian yang siap dipanen di masa depan.
Fakta Singkat Program Akuaponik PHR di Minas Jaya:
-
Lokasi: Kelurahan Minas Jaya, Kecamatan Minas.
-
Penerima Manfaat: Kelompok Masyarakat Nurul Falah.
-
Bantuan: 10.000 benih ikan Nila & instalasi Akuaponik.
-
Sayuran: 240 lubang tanam (Kangkung), panen dalam ±20 hari.
-
Potensi Ekonomi: Estimasi Rp46 juta per siklus panen.
-
Mitra Pelaksana: LPPM Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI).












