Anggota DEN Satya W. Yudha jadi penanggap di Pekan Inovasi EBT Indonesia

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com-  Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha menjadi penanggap dalam webinar Pekan Inovasi Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia yang diselenggarakan BPPT RI dan dimoderatori Perekayasa Ahli Utama BPPT/Kepala BPPT 2014-2018 Unggul Priyanto.

Kegiatan dibuka oleh Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Eniya Listiani Dewi, dihadiri Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dan Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) Tatang Hernas.

Dalam sambutannya Eniya Listiani Dewi berharap adanya webinar ini dapat memberikan masukkan untuk menuju net zero emission antara lain pada program biodiesel, co-firing, refuse derived fuel, carbon capture storage untuk utilisasi dan industri, serta blue dan green hydrogen.

Strategi pengembangan EBT disampaikan Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna antara lain dengan konversi energi primer fosil di PLTD atau PLTU ke PLT EBT, penambahan kapasitas EBT yang berfokus kepada PLTS dan pemanfaatan EBT non listrik seperti BBN, biogas dan biomethane.

Dalam sesi tanggapan, Satya menyampaikan Indonesia berkomitmen dalam penurunan emisi karbon seperti apa yang tertuang dalam Paris Agreement, untuk itu dibutuhkan sinergi lintas sektor karena hal ini tidak bisa dikerjakan hanya satu Kementerian saja.

Satya yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua Komisi VII DPR RI ini menambahkan komitmen lintas sektor tersebut melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga yang disusun dengan tujuan untuk menurunkan emisi karbon.

“Perlu dukungan regulasi seperti dalam RUU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang perlu diusulkan pajak karbon yang diterima negara juga bisa mendanai percepatan EBT dan R-Perpres mengenai Nilai Ekonomi Karbon untuk membangun ekosistem ekonomi karbon, memitigasi, dan pengembangan EBT”, tutur Satya.

Pria lulusan Cranfield University, United Kingdom ini juga mengingatkan pentingnya peningkatan efisiensi energi agar menjadi budaya masyarakat dan perlu adanya reward bagi badan usaha baik itu BUMN maupun swasta yang menginisiasi gedung-gedung dengan efisiensi energi.

Sementara itu, Tatang Hernas menjelaskan pengembangan nir karbon harus dipandang sama dengan mempersiapkan dan mengimplementasikan transisi (antar) generasi yaitu pendidikan dan litbang iptek dengan kriteria penilaian bukan keekonomian tetapi efektif dan berbiaya minimal.