Bahlil: Indonesia Akan Bangun Pabrik Bahan Baku Biodiesel Senilai US$ 1,2 Miliar

Jakarta, Ruangenergi.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia akan membangun pabrik bahan baku biodiesel  dengan nilai investasi US$ 1,2 miliar (sekitar Rp 19,02 triliun) untuk menekan impor metanol.

Menurut Bahlil, pabrik tersebut akan berlokasi di Bojonegoro, Jawa Timur. Menurut berbagai sumber, pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 800.000 ton metanol per tahun. Fasilitas tersebut sekaligus dirancang untuk menopang rencana pemerintah mengebut pengembangan biodiesel B50 dalam beberapa tahun ke depan, agar Indonesia bisa terbebas dari impor solar.

“Karena 80% metanol sebagai campuran daripada biodiesel itu kita impor. Jadi kita akan bangun satunya di Bojonegoro dengan industri kurang lebih sekitar US$ 1,2 miliar investasinya,” kata Bahlil dikutip di Jakarta (28/11/2024).

Dikatakan, langkah ini dilakukan untuk memenuhi target ambisius Presiden Prabowo Subianto dalam swasembada energi; yang mencakup akselerasi produksi biodiesel dan bioetanol, serta mengatrol kinerja produksi siap jual atau lifting minyak.

Tidak hanya metanol, Bahlil menyebut hingga saat ini Indonesia masih mengimpor etanol sebagai bahan baku bioetanol. Dengan membangun pabrik etanol di dalam negeri, dia berharap produksi bioetanol bisa dipercepat.

“Dan sekarang kita lagi dorong untuk membangun pabrik etanol, baik dari tebu maupun dari singkong, karena biodiesel  campurannya kan CPO etanol atau metanol dan sebagian dari solar. Nah, kalau kita dorong ke depan B50, kita memakai solar dari produksi dalam negeri. Jadi selisihnya enggak lagi kita impor. Sudah cukup,” papar Bahlil.

Lebih jauh ia juga menegaskan, bahwa kebutuhan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk sektor energi dalam memproduksi  biodiesel  tidak akan mengurangi alokasi CPO untuk pangan, khususnya minyak goreng.

“Mungkin kapasitas ekspor yang akan kita kurangi untuk alokasinya dipakai sebagian ke biodiesel di dalam negeri,” kata Bahlil.

Masih menurut dia, pemerintah akan mengedepankan kepentingan dalam negeri, dan tidak menghiraukan kepentingan negara lain jika kekurangan pasokan CPO.

“Kita berencana mengurangi ekspor minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan biodiesel domestik,” ucapnya.

Sebelumnya, Bahlil mengatakan implementasi program biodiesel B50 ditargetkan terealisasi pada 2026. Saat ini B50 masih melalui serangkaian tahapan uji coba teknis. Adapun, B40 akan diterapkan per 1 Januari 2025.(SF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *