Jakarta, ruangenergi.com – Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga Radiandra menjelaskan bahwa dalam beberapa hasil kajian menyebutkan bahwa sudah jelas mobil listrik emisi karbonnya lebih rendah daripada mobil konvensional.
Penelitian dari Universitas Cambridge, Exeter, dan Nijmegen pada 2019 misalnya, menunjukkan bahwa di 95 persen lokasi di dunia mengendarai mobil listrik lebih ramah lingkungan dibandingkan mengendarai mobil berbahan bakar fosil.
Mobil listrik menghasilkan emisi 200 gr CO2 per mil (per 1,6 kilometer), dibandingkan mobil bahan bakar fosil sebesar 275 gr CO2 per mil. Mobil listrik ini memperoleh energi dari baterai yang dapat di-charge.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2017, bahkan mobil listrik murni (EV) menghasilkan 0 gram/km emisi CO2. Sementara mobil listrik Plug in Hybrid (PHEV) atau mobil dengan kombinasi dari BBM dan baterai yang dapat diisi ulang di luar sistem mesin menghasilkan 45 gram/km emisi CO2.
Selain itu, mobil listrik hybrid (HEV) menghasilkan emisi CO2 sebesar 70 gram/km. Emisi tersebut lebih tinggi karena mobil HEV masih mengandalkan bensin yang dikombinasikan dengan baterai yang diisi dari putaran mesin. Adapun mobil konvensional berbahan bakar bensin menyumbang 125 gram/km emisi CO2.
Sementara itu, kajian PT PLN (Persero) menyebutkan menggunakan kendaraan listrik masyarakat sudah turut berkontribusi untuk mengurangi emisi 56 persen. Sebagai gambaran, 1 liter bahan bakar minyak (BBM) setara dengan 1,2 kilowatt hour (kWh) listrik. Emisi karbon 1 liter BBM setara dengan 2,4 kilogram (kg) CO2e, sedangkan 1,2 kWh listrik emisinya setara 1,02 kg CO2e.
Selain ramah lingkungan, keunggulan kendaraan listrik adalah lebih hemat. Sebagai gambaran, mobil dengan BBM dengan jarak tempuh 10 kilometer (km) menghabiskan 1 liter BBM, sedangkan mobil listrik dengan jarak sama menghabiskan 1,2 kWh.
Maka, dengan asumsi tarif listrik sebesar Rp1.699,53 per kWh, hanya diperlukan sekitar Rp2.500 untuk mobil listrik dan sekitar Rp14 ribu untuk mobil BBM dalam menempuh jarak 10 km. Dengan begitu menggunakan mobil listrik lebih hemat sekitar 75 persen dari pada menggunakan mobil BBM.
“Dalam kajian-kajian yang dibuat oleh institusi dan konsultan sudah jelas mobil listrik emisi karbonnya lebih rendah,” kata Daymas melalui keterangan tertulis yang dikutip pada Selasa (24/10/2023).
Daymas juga menuturkan bahwa, perlu dipahami bersama saat ini adalah bagaimana ekosistem hulu ke hilir kendaraan listrik, mulai dari diproduksi, beroperasi hingga demolisasi. Bagaimana rantai emisi yang terproduksi dan tereduksi dibandingkan dengan mobil konvensional.
Apabila itu sudah dipahami, barulah bisa menyimpulkan, berapa jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh mobil listrik atau hybrid atau konvensional selama mobil itu dibuat, hingga tidak dapat dipakai lagi.